Parapuan.co - Bepergian bersama anak memang menyenangkan, tapi bisa jadi mimpi buruk jika jet lag menyerang. Kurang tidur dan ritme tubuh yang terganggu tak hanya membuat anak rewel, tetapi juga berpotensi merusak suasana liburan keluarga. Kabar baiknya, dengan perencanaan yang tepat, jet lag bisa diminimalkan.
Daniella Marchetti, PhD, DBSM, seorang psikolog klinis dan pakar tidur menjelaskan, “Kita menyiapkan diri untuk sukses saat bepergian bila melakukannya dengan penuh kesadaran, terutama ketika ada anak-anak yang ikut. Mengelola jet lag bagi orang dewasa saja sudah sulit, apalagi bagi anak yang masih belajar mengatur emosi dan perilakunya.”
Berikut panduan memilih waktu penerbangan berdasarkan usia anak, agar perjalanan lebih nyaman dan tidur tetap terjaga, sebagaimana melansir Parents:
1. Bayi (0–12 bulan)
- Waktu terbang ideal: Untuk penerbangan panjang, pilih jam tidur terlama bayi—biasanya malam hari dengan penerbangan red-eye. Untuk penerbangan singkat, lebih baik berangkat pagi atau siang agar rutinitas tidur malam tidak terganggu.
- Cara menyesuaikan: Biarkan jadwal menyusu fleksibel, beri kesempatan tidur siang lebih sering, tapi tetap pastikan ada jeda terjaga sebelum tidur malam. Cahaya alami sangat membantu mengatur ritme sirkadian bayi. Jangan lupa bawa selimut, kain bedong, atau white noise favoritnya.
Carrie Bradley, mantan pramugari sekaligus pendiri situs Flying With a Baby, menambahkan, "Di usia ini, bayi masih sangat mudah diajak bepergian. Mereka tidur sering, belum banyak bergerak, dan lebih fleksibel mengikuti perjalanan."
Catatan penting: Akademi Pediatri Amerika menyarankan bayi minimal berusia 7 hari sebelum terbang, idealnya menunggu sampai usia 2 bulan untuk mengurangi risiko penyakit menular.
2. Balita (12–24 bulan)
Baca Juga: Anak Rewel di Pesawat saat Perjalanan, Orang Tua Harus Lakukan Apa?
- Waktu terbang ideal: Penerbangan malam (red-eye) tetap berguna untuk perjalanan panjang, tapi penerbangan siang saat jam tidur siang juga bisa efektif, terutama jika balita sudah hanya tidur sekali sehari.
- Cara menyesuaikan: Dengan penerbangan siang, anak tiba di tujuan tetap segar dan bisa tidur sesuai waktu malam setempat.
Bradley menekankan, "Begitu anak mulai berjalan, energi mereka semakin besar. Boarding terakhir lebih nyaman agar balita tidak rewel terlalu lama di dalam pesawat. Biarkan pasangan atau anggota keluarga lain naik lebih dulu dengan barang-barang."
3. Anak Usia 4–7 tahun
- Waktu terbang ideal: Anak usia ini sudah jarang tidur siang sehingga penerbangan panjang bisa terasa berat. Baik siang maupun malam, berikan hiburan seperti mainan atau bahkan waktu layar agar mereka tetap tenang.
- Cara menyesuaikan: Setelah tiba, segera sesuaikan jam makan dan tidur dengan waktu setempat. Hindari tidur siang terlalu sore karena bisa membuat mereka sulit tidur malam. Manfaatkan cahaya alami dan aktivitas luar ruangan untuk mempercepat penyesuaian tubuh.
Bradley juga menyarankan transit panjang, "Stopover 12 hingga 24 jam di tengah perjalanan jauh membantu tubuh anak beradaptasi lebih bertahap."
4. Anak Usia 8–12 tahun
- Waktu terbang ideal: Tidak ada aturan baku. Untuk perjalanan ke timur dengan perbedaan waktu lebih dari enam jam, penerbangan malam bisa membantu asalkan anak bisa tidur di pesawat. Sebaliknya, untuk perjalanan ke barat, pilih penerbangan siang agar jam tidur malam tidak terganggu.
Baca Juga: 19 Tips Naik Pesawat untuk Pertama Kali, Panduan Traveling Bebas Stres
- Cara menyesuaikan: Cahaya matahari adalah kunci. Usai perjalanan ke timur, prioritaskan paparan sinar pagi. Jika ke barat, sebaliknya, manfaatkan cahaya sore.
Marchetti menambahkan strategi lain, "Kalau selisih waktunya tiga jam ke arah timur, coba bangunkan anak lebih awal 30–60 menit dua hingga tiga hari sebelum berangkat agar tubuh lebih mudah beradaptasi."
Tips Tambahan agar Anak Lebih Nyaman di Perjalanan
Selain memilih waktu terbang yang tepat, ada beberapa hal lain yang perlu diperhatikan:
- Jet lag biasanya butuh satu hari per jam perbedaan waktu untuk menyesuaikan diri sepenuhnya.
- Jangan mencoba “menguras tenaga” anak sebelum terbang. Menurut Marchetti, anak yang terlalu lelah justru kesulitan tidur karena hormon stres membuat mereka tetap terjaga.
- Saat bepergian ke arah timur, hindari paparan sinar matahari terlalu pagi di hari-hari pertama agar jam biologis tidak malah bergeser ke arah sebaliknya.
Rebecca Robbins, PhD, pakar tidur dari Harvard Medical School, menyarankan menggeser jam tidur anak 15 menit per hari sebelum keberangkatan sesuai zona tujuan. Sesampainya di pesawat, langsung atur jam sesuai waktu destinasi.
Untuk penerbangan malam, beri anak makan sebelum naik pesawat, kenakan piyama, lalu lakukan aktivitas menenangkan agar lebih mudah tidur.
Jet lag memang sulit dihindari sepenuhnya, tapi dengan strategi tepat sesuai usia anak, perjalanan bisa tetap menyenangkan. Intinya adalah menyesuaikan jam tidur dengan cahaya alami, menjaga rutinitas, dan memberi ruang fleksibilitas.
Dengan begitu, liburan keluarga bisa dimulai dengan langkah ringan tanpa drama akibat kurang tidur.
Baca Juga: Sering Dialami Pelancong, Bagaimana Cara Mengatasi Jet Lag Saat Liburan?
(*)