Bukan itu saja, menurut Tetik saat ini pihak sekolah juga telah menerima aduan dari salah satu wali murid berinisial BY yang kini sudah berstatus alumni. Tetik pun mempersilahkan agar alumni yang merasa menjadi korban untuk segera mengadu ke Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Bekasi untuk ditindaklanjuti. "Yang alumni-alumni yang merasa menjadi korban, silakan untuk datang ke DP3A," tegasnya.
Kawan Puan, sekolah seharusnya menjadi tempat yang aman, nyaman, dan menyenangkan bagi anak-anak untuk belajar, berkembang, dan menemukan potensi diri mereka. Namun, realitas yang terjadi di masyarakat menunjukkan bahwa sekolah justru bisa menjadi ruang berbahaya ketika pengawasan kurang optimal dan penyalahgunaan wewenang oleh pihak-pihak tertentu dibiarkan tanpa penanganan yang tepat.
Kerentanan Anak di Sekolah terhadap Pelecehan Seksual
Anak-anak, terutama mereka yang masih berada pada usia sekolah dasar hingga menengah, merupakan kelompok yang rentan karena kemampuan mereka dalam mengenali bahaya, melindungi diri, serta melaporkan tindakan tidak pantas masih sangat terbatas. Situasi ini diperburuk oleh adanya relasi kuasa antara guru dan murid.
Guru dipandang sebagai sosok otoritas, figur yang dihormati, dan dipercaya sepenuhnya oleh siswa maupun orang tua. Kondisi ini membuat anak cenderung merasa takut untuk menolak, berbicara, atau melaporkan jika mengalami pelecehan, karena khawatir dianggap salah, dimarahi, atau bahkan dikucilkan.
Selain itu, kurangnya pendidikan seksualitas dan perlindungan diri di sekolah juga membuat anak tidak memiliki pemahaman yang cukup tentang batasan fisik dan emosional. Anak sering kali tidak menyadari bahwa tindakan tertentu termasuk kategori pelecehan, sehingga kasus baru terungkap setelah kejadian berulang atau ketika korban menunjukkan perubahan perilaku yang mencolok.
Dampak Psikologis dan Sosial terhadap Anak
Pelecehan terhadap anak memiliki dampak yang sangat serius dan jangka panjang. Anak korban pelecehan dapat mengalami trauma psikologis yang berujung pada gangguan kecemasan, depresi, rasa tidak percaya diri, hingga kesulitan membangun hubungan sosial di kemudian hari.
Dalam banyak kasus, prestasi belajar anak menurun drastis karena hilangnya konsentrasi, motivasi, dan rasa aman di sekolah. Jika tidak ditangani dengan tepat, trauma ini bisa terbawa hingga dewasa dan memengaruhi kualitas hidup korban secara keseluruhan.
Selain pada korban, kasus pelecehan di sekolah juga menimbulkan dampak sosial yang luas. Lingkungan sekolah bisa kehilangan kepercayaan dari masyarakat, orang tua menjadi cemas, dan reputasi lembaga pendidikan dapat tercoreng. Hal ini menunjukkan bahwa kasus pelecehan bukan hanya persoalan individu, tetapi juga menyangkut keamanan dan kredibilitas institusi pendidikan.
Baca Juga: Dialami Nadin Amizah, Mengapa Pelecehan pada Perempuan Terjadi di Ruang Publik?
(*)