Digital Detox Jadi Pilihan, Hidup Sehat Tanpa Bergantung Layar Gadget

Tim Parapuan - Selasa, 2 September 2025
Digital Detox
Digital Detox

Parapuan.co - Istilah digital detox merujuk pada keputusan seseorang untuk mengurangi, bahkan menghentikan sementara penggunaan perangkat elektronik, terutama ponsel dan media sosial. Tren ini sudah banyak diperbincangkan di berbagai negara, termasuk Indonesia, sebagai upaya menjaga kesehatan mental di tengah derasnya arus informasi.

Setiap orang menjalani digital detox dengan cara yang berbeda. Ada yang memilih membatasi waktu layar harian, sementara sebagian lainnya benar-benar menonaktifkan akun media sosial atau mematikan gawai mereka untuk jangka waktu tertentu. Pola ini menyesuaikan kebutuhan dan kenyamanan individu, sehingga tidak ada satu metode yang dianggap paling benar.

Melansir laman medicalnewstoday, tujuan utama dari digital detox berangkat dari rasa jenuh terhadap rutinitas online yang tak jarang menyita energi dan perhatian. Platform digital dengan algoritma personalisasi membuat pengguna betah berlama-lama bermain media sosial. Inilah yang mendorong sebagian orang untuk mengambil jeda supaya tidak terjebak dalam pola penggunaan yang berlebihan.

Kekurangan dan Kelebihan Digital Detox

Banyak individu mengaku mulai mencoba digital detox setelah menyadari dampak negatif dari ponsel pintar terhadap kehidupan sehari-hari. Gangguan tidur, rasa cemas, hingga menurunnya produktivitas di sekolah maupun tempat kerja menjadi pemicu utama. Dengan berhenti sejenak dari dunia maya, mereka berharap bisa kembali fokus pada hal-hal nyata di sekitar.

Menariknya, ada pula orang yang menjalani digital detox secara tidak sengaja. Misalnya ketika ponsel hilang, baterai rusak, atau saat bepergian ke tempat tanpa akses internet. Kondisi semacam ini, meskipun tidak direncanakan, sering kali memberikan efek positif yang membuat mereka ingin melanjutkan pola tersebut secara sadar.

Manfaat yang ditawarkan dari digital detox cukup beragam. Melalui salah satu penelitian U.S. National Institutes of Health's National Library of Medicine di tahun 2025, disebutkan adanya penurunan tingkat stres, depresi, dan kecemasan pada mereka yang rutin melakukannya. Selain itu, kualitas tidur cenderung membaik karena tubuh tidak lagi terpapar cahaya layar di malam hari yang bisa mengganggu ritme biologis.

Selain meningkatkan kesehatan mental, digital detox juga disebut mampu menumbuhkan kembali kemampuan mengatur diri. Orang yang berhasil mengurangi keterikatan pada gawai merasa lebih leluasa menentukan prioritas, sehingga kepuasan hidup pun ikut meningkat. Tak sedikit pula yang melaporkan kreativitas mereka tumbuh setelah berkurang dari distraksi digital.

Namun, proses ini tidak selalu berjalan mulus. Beberapa orang justru merasakan perasaan terasing atau kehilangan kontak dengan lingkaran sosialnya. Ada pula yang secara tidak sadar mengganti penggunaan ponsel dengan aktivitas layar lain, seperti menonton televisi berlebihan. Efek semacam ini biasanya hanya berlangsung sementara hingga individu menemukan pola keseimbangan baru.

Tantangan yang Dihadapi

Tantangan terbesar bagi sebagian orang adalah rasa takut ketinggalan informasi atau fear of missing out (FOMO). Ketika tidak membuka media sosial, ada kekhawatiran mereka tidak mengetahui tren terkini atau kabar penting dari teman. Inilah yang membuat sebagian orang harus menyiapkan strategi agar tetap bisa terkoneksi tanpa kembali terjebak dalam kebiasaan lama.

Meski ada potensi kerugian, manfaat jangka panjang dari digital detox dinilai lebih signifikan. Manfaat tersebut dapat dikaitkan dengan pencegahan fenomena yang disebut “demensia digital” yaitu kondisi ketika penggunaan perangkat secara berlebihan memicu penurunan daya ingat, konsentrasi, dan fokus. Mengurangi paparan teknologi menjadi langkah preventif yang semakin relevan di masa kini.

Baca Juga: 5 Cara Efektif untuk Gen Z Beristirahat dari Penggunaan Media Sosial

 

Lantas siapa saja yang cocok mencoba digital detox? Jawabannya, hampir semua orang. Baik pekerja kantoran, pelajar, maupun orang tua bisa menjajal metode ini sesuai kapasitas masing-masing. Bahkan, beberapa keluarga kini mencoba melakukannya bersama-sama agar waktu berkualitas tidak lagi terganggu oleh notifikasi ponsel.

Bentuk penerapan digital detox juga bisa beragam. Seseorang bisa tetap memakai aplikasi penting untuk komunikasi atau pekerjaan, sambil memblokir media sosial yang dianggap mengganggu. Ada juga yang menetapkan jam tertentu dalam sehari sebagai zona bebas ponsel, misalnya saat makan malam atau menjelang tidur.

Apakah Kamu Membutuhkan Digital Detox?

Indikasi bahwa seseorang membutuhkan digital detox bisa dilihat dari kebiasaannya. Misalnya, lebih memilih menatap layar ponsel dibanding bercengkerama dengan keluarga, sering menunda pekerjaan karena sibuk di media sosial, hingga merasa gelisah ketika tidak memegang gawai. Semua gejala ini menunjukkan perlunya mengambil jeda.

Untuk memulai, ada beberapa langkah yang bisa Kawan Puan ikuti. Seperti membatasi aplikasi dengan pengatur waktu, menghapus platform tertentu, hingga membiasakan membaca buku fisik bisa menjadi alternatif. Hal kecil seperti menjauhkan ponsel saat makan atau mengganti alarm digital dengan jam analog juga cukup efektif.

Tidak kalah penting, aktivitas pengganti perlu disiapkan agar waktu yang biasanya dihabiskan di depan layar tidak menimbulkan kebosanan. Menekuni hobi, berolahraga, atau sekadar berjalan-jalan di ruang terbuka mampu mengisi kekosongan sekaligus memberi pengalaman baru yang lebih sehat.

Ada pula yang menggunakan momen digital detox untuk mempererat hubungan sosial secara langsung. Alih-alih mengobrol lewat chat, mereka memilih bertemu tatap muka. Kehangatan interaksi nyata ini diyakini mampu mengurangi perasaan kesepian yang mungkin muncul saat memutus akses dari dunia maya.

Meski masih terbilang tren baru, banyak komunitas mulai mengampanyekan pentingnya digital detox. Bentuk kegiatan seperti workshop, seminar, hingga tantangan daring digelar untuk mengajak orang mengurangi waktu layar. Fenomena ini semakin populer seiring meningkatnya kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan mental di era digital.

Digital detox bukan hanya sekadar gaya hidup, melainkan kebutuhan di tengah masyarakat modern. Setiap individu memiliki pola penggunaan teknologi yang berbeda, sehingga pendekatan yang tepat juga perlu disesuaikan. Apa pun bentuknya, yang terpenting adalah menemukan keseimbangan antara dunia digital dan kehidupan nyata.

Seiring perkembangan teknologi yang semakin canggih, tantangan menjaga diri dari kecanduan layar memang tidak mudah. Namun, dengan kesadaran yang terus tumbuh, digital detox diyakini bisa menjadi jalan keluar untuk menciptakan hidup yang lebih seimbang, sehat, dan penuh makna.

Baca Juga: Ini Cara Mengoptimalkan Kualitas Istirahat dengan Lampu Pintar

(*)

Putri Renata