Untuk mencegah terjadinya penularan emosi yang berlebihan, langkah awal yang harus dilakukan adalah bagaimana pribadi masing-masing dapat mengatur emosi negatif yang ada. Dan tentu saja dengan menghentikan penyebaran emosi negatif ke lingkungan sekitar.
Baca Juga: Apa yang Harus Diajarkan ke Anak Perempuan tentang Tubuh, Emosi, dan Batasan?
Cara Mencegah Suasana Hati Buruk Menular
Jika mengendalikan emosi terasa mustahil, langkah sederhana yang bisa dilakukan adalah menunda keterlibatan dalam aktivitas sosial. Meski begitu, keputusan untuk mengisolasi diri tidak boleh dilakukan sembarangan. Sebab, interaksi sosial justru sering kali mampu memperbaiki suasana hati, terutama saat bersama teman atau keluarga yang senantiasa mendukung.
Disarankan juga agar seseorang tidak menanggung beban emosional sendirian. Membicarakan perasaan dengan orang yang dipercaya bisa menjadi jalan keluar sehat daripada sekadar mengurung diri.
Memilah Perasaan
Memilah perasaan bukan berarti menolak atau menekan emosi, melainkan mengatur kapan dan bagaimana emosi tersebut diekspresikan. Dengan kata lain, seseorang bisa tetap mengakui rasa marah, kecewa, atau sedih, tetapi memilih momen yang tepat untuk menghadapinya.
Strategi sederhana yang bisa dilakukan misalnya, dengan menjadwalkan waktu khusus untuk merefleksikan emosi. Cara ini memberi ruang aman agar emosi bisa diproses, tanpa harus memengaruhi hubungan dengan orang lain secara langsung.
Meski kemampuan memilah perasaan berbeda-beda pada tiap individu, sesungguhnya hal ini bisa dilatih. Melalui kebiasaan sadar diri, latihan mindfulness, atau bahkan konseling.
Langkah lain yang bisa dilakukan adalah menciptakan lingkungan yang lebih suportif. Berada di sekitar orang-orang dengan energi positif mampu membantu menjaga kestabilan emosi. Bahkan, kebiasaan sederhana seperti berbagi tawa atau melakukan aktivitas bersama dapat menjadi penangkal efektif terhadap penularan suasana hati buruk.
Penularan emosi di media sosial
Berkaitan dengan era digital, fenomena penularan emosi juga semakin relevan di media sosial. Sebuah unggahan bernada optimis dapat memicu gelombang semangat baru, sementara postingan yang dipenuhi kecemasan bisa menyulut rasa panik massal.
Sebagai contoh sebuah postingan yang memiliki tujuan untuk menyindir atau memberi isyarat kepada pasangan. Dirancang untuk menimbulkan sinyal emosional yang menular kepada pasangannya. Dengan cara ini, emosi negatif bisa muncul karena daya tangkap yang diambil dari sebuah media sosial dapat menjadi kesalahpahaman.
Meski demikian, tidak semua penularan emosi dapat dikendalikan dengan mudah. Karena itu, kesadaran dan kendali diri menjadi kunci agar emosi yang menular lebih banyak membawa manfaat ketimbang kerugian.
Baca Juga: 5 Dampak Jika Kebutuhan Emosional Istri Tidak Dipenuhi Suami
(*)
Putri Renata