4 Bahaya Ketika Anak Terpapar Game yang Mengandung Unsur Kekerasan

Saras Bening Sumunar - Minggu, 10 Agustus 2025
Bahaya anak terpapar game yang mengandung unsur kekerasan.
Bahaya anak terpapar game yang mengandung unsur kekerasan. DOK. Shutterstock

Parapuan.co - Abdul Mu'ti, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), secara tegas melarang anak-anak bermain game Roblox. Menurutnya, permainan tersebut mengandung unsur-unsur berbahaya untuk anak, termasuk adegan kekerasan.

Anak-anak dikhawatirkan akan meniru adegan tersebut yang pada dasarnya adalah sesuatu tak nyata. Tingkat intektualitas anak-anak cenderung masih terbatas, sehingga mereka mungkin akan meniru apa yang dilihat.

"Itu kan banyak kekerasan ya di game itu, kadang-kadang anak-anak tidak bisa memahami bahwa yang mereka lihat sebenarnya sesuatu yang tidak nyata," ujar Abdul Mu'ti dikutip dari Kompas.

"Misalnya mohon maaf, kalau di game itu dibanting, itu kan tidak apa-apa orang dibanting di game. Kalau dia main dengan temannya, kemudian temannya dibanting, kan jadi masalah," tegasnya.

Roblox menjadi game yang cukup populer di kalangan anak-anak. Meski pada dasarnya merupakan platform kreatif yang memungkinkan pengguna membuat dan memainkan berbagai jenis permainan, sayangnya ini menyimpan potensi bahaya serius.

Terutama ketika anak mengakses game-game di dalamnya yang mengandung unsur kekerasan, kebrutalan, bahkan konten eksplisit tak pantas bagi usia mereka.

Meskipun Roblox mengklaim telah memiliki sistem penyaringan konten dan kontrol orang tua, pada kenyataannya banyak sekali celah yang bisa dimanfaatkan oleh pihak-pihak tidak bertanggung jawab untuk memasukkan konten berbahaya.

Ketika kamu membiarkan anak bermain game seperti Roblox tanpa pengawasan, maka secara tidak langsung ada peluang bagi anak untuk terekspos pada konten kekerasan yang bisa memengaruhi perilaku, mentalitas, dan cara berpikir mereka.

Berkaca dari situasi tersebut, penting bagi orang tua untuk memahami berbagai bahaya dan risio ketika anak bermain game yang mengandung unsur kekerasan. Merangkum dari berbagai sumber, berikut uraiannya:

Baca Juga: Usai Ramai Konten Dewasa Terselubung, Game Roblox Tambah Fitur Keamanan Baru untuk Remaja


1. Desensitisasi terhadap Kekeraasan

Menurut laman Health Harvard Publishing, ketika anak-anak terlalu sering bermain game dengan unsur kekerasan, mereka cenderung menjadi tidak peka terhadap tindakan agresif atau brutal yang seharusnya dianggap tidak normal.

Desensitisasi ini berarti anak bisa menganggap kekerasan sebagai hal yang wajar, bahkan menyenangkan, karena mereka sudah terbiasa melihat dan melakukan tindakan tersebut di dunia virtual.

Dalam jangka panjang, hal ini bisa membentuk cara pandang yang menyimpang terhadap dunia nyata, di mana anak tidak lagi merasa empati terhadap korban kekerasan atau tidak mampu membedakan mana tindakan yang bisa diterima secara sosial dan tidak.

2. Meningkatnya Perilaku Agresif

Konten kekerasan dalam game seperti Roblox tidak hanya memengaruhi pikiran, tetapi juga dapat merangsang emosi dan tindakan. Anak yang sering bermain game penuh kekerasan cenderung meniru perilaku karakter dalam game tersebut, terutama jika mereka menganggap tokoh tersebut sebagai sosok yang kuat atau keren.

Hal ini dapat menyebabkan peningkatan perilaku agresif, baik secara verbal maupun fisik, terhadap teman sebaya, anggota keluarga, bahkan hewan peliharaan.

Anak-anak yang sebelumnya pendiam dan tenang bisa berubah menjadi mudah marah, suka membantah, atau memukul ketika menghadapi frustasi.

Baca Juga: Game Roblox Dianggap Berisiko untuk Anak, Begini Respons Mengejutkan CEO

3. Gangguan Perkembangan Emosional

Sementara menurut laman Health Care, anak-anak berada dalam fase perkembangan emosional yang sangat penting. Saat mereka terus-menerus terekspos pada konten kekerasan, mereka bisa mengalami kesulitan dalam mengelola emosi dengan sehat.

Game yang mengandung kekerasan sering kali memperlihatkan penyelesaian masalah melalui pertarungan, pembalasan, atau dominasi. Nantinya, ini dapat menyebabkan anak meniru pola penyelesaian masalah tersebut dalam kehidupan nyata.

Melihat pertarungan dapat menyebabkan anak menjadi pribadi yang tidak toleran, tidak sabar, dan tak mampu menyelesaikan konflik dengan cara bijaksana.

4. Terhambatnya Perkembangan Sosial

Game online yang adiktif sering kali membuat anak menghabiskan waktu berjam-jam di depan layar tanpa interaksi sosial sehat di dunia nyata. Ketika game tersebut juga mengandung kekerasan, anak tidak hanya menjadi terisolasi secara sosial, tetapi juga kehilangan kesempatan untuk belajar nilai-nilai sosial yang penting seperti kerja sama, empati, dan komunikasi.

Selain itu, anak juga bisa lebih mudah marah atau tidak nyaman saat berada di lingkungan sosial yang tidak sesuai dengan dunia gamenya, karena mereka merasa lebih nyaman berada dalam dunia virtual penuh aksi dan kontrol.

Baca Juga: Risiko Terselubung Permainan Roblox, Game Anak Tapi Penuh Konten Dewasa

(*)

Sumber: kompas
Penulis:
Editor: Kinanti Nuke Mahardini