1. Desensitisasi terhadap Kekeraasan
Menurut laman Health Harvard Publishing, ketika anak-anak terlalu sering bermain game dengan unsur kekerasan, mereka cenderung menjadi tidak peka terhadap tindakan agresif atau brutal yang seharusnya dianggap tidak normal.
Desensitisasi ini berarti anak bisa menganggap kekerasan sebagai hal yang wajar, bahkan menyenangkan, karena mereka sudah terbiasa melihat dan melakukan tindakan tersebut di dunia virtual.
Dalam jangka panjang, hal ini bisa membentuk cara pandang yang menyimpang terhadap dunia nyata, di mana anak tidak lagi merasa empati terhadap korban kekerasan atau tidak mampu membedakan mana tindakan yang bisa diterima secara sosial dan tidak.
2. Meningkatnya Perilaku Agresif
Konten kekerasan dalam game seperti Roblox tidak hanya memengaruhi pikiran, tetapi juga dapat merangsang emosi dan tindakan. Anak yang sering bermain game penuh kekerasan cenderung meniru perilaku karakter dalam game tersebut, terutama jika mereka menganggap tokoh tersebut sebagai sosok yang kuat atau keren.
Hal ini dapat menyebabkan peningkatan perilaku agresif, baik secara verbal maupun fisik, terhadap teman sebaya, anggota keluarga, bahkan hewan peliharaan.
Anak-anak yang sebelumnya pendiam dan tenang bisa berubah menjadi mudah marah, suka membantah, atau memukul ketika menghadapi frustasi.
Baca Juga: Game Roblox Dianggap Berisiko untuk Anak, Begini Respons Mengejutkan CEO
3. Gangguan Perkembangan Emosional
Sementara menurut laman Health Care, anak-anak berada dalam fase perkembangan emosional yang sangat penting. Saat mereka terus-menerus terekspos pada konten kekerasan, mereka bisa mengalami kesulitan dalam mengelola emosi dengan sehat.
Game yang mengandung kekerasan sering kali memperlihatkan penyelesaian masalah melalui pertarungan, pembalasan, atau dominasi. Nantinya, ini dapat menyebabkan anak meniru pola penyelesaian masalah tersebut dalam kehidupan nyata.
Melihat pertarungan dapat menyebabkan anak menjadi pribadi yang tidak toleran, tidak sabar, dan tak mampu menyelesaikan konflik dengan cara bijaksana.
4. Terhambatnya Perkembangan Sosial
Game online yang adiktif sering kali membuat anak menghabiskan waktu berjam-jam di depan layar tanpa interaksi sosial sehat di dunia nyata. Ketika game tersebut juga mengandung kekerasan, anak tidak hanya menjadi terisolasi secara sosial, tetapi juga kehilangan kesempatan untuk belajar nilai-nilai sosial yang penting seperti kerja sama, empati, dan komunikasi.
Selain itu, anak juga bisa lebih mudah marah atau tidak nyaman saat berada di lingkungan sosial yang tidak sesuai dengan dunia gamenya, karena mereka merasa lebih nyaman berada dalam dunia virtual penuh aksi dan kontrol.
Baca Juga: Risiko Terselubung Permainan Roblox, Game Anak Tapi Penuh Konten Dewasa
(*)