Mengapa Liburan Keluarga di Masa Kecil Berdampak Positif Saat Dewasa?

Arintha Widya - Senin, 4 Agustus 2025
Pentingnya liburan keluarga di masa kecil.
Pentingnya liburan keluarga di masa kecil. simon2579

Parapuan.co - Sebagian orang bisa saja menilai liburan keluarga sebagai pemborosan. Akan tetapi, banyak orang lainnnya menganggap liburan keluarga sebagai momen menyenangkan yang sekadar menjadi kenangan masa kecil.

Penelitian dan para ahli menyebutkan bahwa pengalaman liburan bersama keluarga ternyata menyimpan manfaat jangka panjang bagi perkembangan anak hingga dewasa. Bukan hanya soal kenangan, tapi juga pengaruh terhadap kesehatan mental, kecerdasan emosional, dan nilai-nilai hidup.

Lantas, dampak positif seperti apa yang bisa dirasakan orang dewasa yang sering diajak liburan keluarga semasa kecilnya? Berikut uraiannya sebagaimana dikutip dari Your Tango!

1. Kenangan Liburan Bisa Jadi Penopang Saat Masa Sulit

John McDonald, Direktur Family Holiday Association, menjelaskan kepada The Huffington Post tentang efek "jangkar kebahagiaan" yang dimiliki oleh liburan keluarga.

"Mengenang kembali memori paling bahagia saat bersama keluarga bisa menjadi sangat kuat untuk memberikan kelegaan dan pelipur lara ketika kita menghadapi masa-masa sulit," jelas John McDonald.

"Dengan menjadikan kenangan tersebut sebagai jangkar untuk kembali ke momen yang lebih ceria, kita sering kali bisa melihat masalah dengan sudut pandang yang lebih segar. Tapi bagi mereka yang tidak punya kenangan semacam itu, menumbuhkan kembali optimisme untuk melewati masa sulit bisa terasa seperti tugas yang mustahil," imbuhnya.

2. Ikatan Keluarga yang Lebih Kuat dan Tahan Lama

Liburan bersama membuat anggota keluarga bisa benar-benar meluangkan waktu tanpa gangguan pekerjaan, tugas sekolah, atau rutinitas lainnya. Bahkan menurut studi dari Belanda tahun 2010, hanya dengan merencanakan liburan bersama saja, kebahagiaan keluarga sudah meningkat selama beberapa minggu.

Baca Juga: Bagaimana Peran Keluarga dalam Mendukung Tumbuh Kembang Anak Perempuan?

Saat anak tumbuh dewasa, ikatan ini menjadi landasan emosional yang kuat, menjadikan acara keluarga sebagai momen menyenangkan, bukan beban.

3. Menumbuhkan Rasa Ingin Tahu dan Menghargai Keberagaman

Mengenalkan anak pada lingkungan baru, budaya, bahasa, dan orang-orang yang berbeda selama liburan, dapat membuka wawasan dan memperluas cara pandang mereka. Penelitian menunjukkan bahwa anak yang sering bepergian cenderung memiliki nilai akademis yang lebih tinggi dan IQ yang lebih baik.

Lingkungan yang kaya interaksi sosial dan fisik juga berdampak positif pada kesehatan mereka, seperti tekanan darah lebih rendah dan kadar stres yang lebih kecil. Survei terbaru bahkan menyebutkan bahwa anak-anak yang sering diajak liburan cenderung lebih terbuka terhadap perbedaan budaya, dan saat dewasa menjadi pribadi yang lebih toleran.

4. Melatih Adaptasi dan Cara Berpikir Kreatif

Saat bepergian, anak-anak harus menghadapi situasi yang berbeda dari rutinitas biasanya. Hal ini menuntut mereka untuk lebih fleksibel, cepat menyesuaikan diri, dan mampu berpikir kreatif. Saat rencana liburan tidak berjalan mulus—seperti tersesat atau jadwal berubah—anak belajar bahwa tidak semua hal berjalan sesuai keinginan, dan itu tidak masalah.

Pengalaman seperti ini menumbuhkan kepercayaan diri karena anak-anak mencoba hal baru dan mengatasi tantangan di luar zona nyaman mereka.

5. Menyadarkan Bahwa Pengalaman Lebih Bermakna daripada Barang

Psikolog dari Universitas Cornell, Dr. Thomas Gilovich, meneliti secara mendalam mengenai hubungan antara kebahagiaan dan kepemilikan barang. Hasilnya menunjukkan bahwa pengalaman memberikan kebahagiaan yang lebih langgeng dibanding benda.

Baca Juga: Enggak Bikin Boncos, Ini Tips Persiapkan Liburan Sekolah Anak

  

"Pengalaman merupakan bagian dari diri kita yang lebih besar daripada barang-barang milik kita," jelas Gilovich. "Kita bisa sangat menyukai barang-barang kita. Bahkan merasa bahwa barang tersebut merepresentasikan identitas kita. Tapi pada akhirnya, barang-barang itu tetap terpisah dari kita. Sebaliknya, pengalaman benar-benar menjadi bagian dari diri kita. Kita adalah akumulasi dari pengalaman yang kita jalani."

Momen seperti jalan-jalan keluarga, makan bersama, atau sekadar bermain di hotel—semuanya menjadi bagian dari ingatan yang tak terlupakan dan membentuk kepribadian anak.

6. Mendorong Kecintaan terhadap Alam dan Menyeimbangkan Teknologi

Di era digital ini, anak-anak mudah kecanduan gawai. Liburan keluarga memberi mereka kesempatan untuk "melepaskan" diri dari layar, dan menikmati aktivitas fisik di luar ruangan. Menjelajah alam, bermain di pantai, mendaki, atau sekadar berjalan-jalan bisa menumbuhkan kecintaan mereka terhadap lingkungan.

Penelitian yang dikutip Huffington Post juga menyebutkan bahwa berada di alam selama 20 menit saja dapat meningkatkan konsentrasi, menurunkan tekanan darah, dan mengurangi stres.

7. Mengajarkan Kemandirian dan Rasa Tanggung Jawab

Liburan bukan sekadar rekreasi. Mulai dari menyiapkan barang, mengecek dokumen, mengatur jadwal perjalanan—semuanya melatih anak untuk berpikir jauh ke depan dan bertanggung jawab. Pelajaran ini akan terbawa hingga dewasa, membentuk pribadi yang mandiri dan mampu merencanakan hidupnya sendiri.

Daripada memberi anak gadget terbaru atau mainan mahal, liburan keluarga justru bisa menjadi hadiah terbaik yang membentuk masa depan mereka. Tidak perlu perjalanan mewah—yang penting adalah kebersamaan, pengalaman baru, dan kenangan bahagia yang mereka bawa hingga dewasa.

Karena pada akhirnya, kita semua adalah kumpulan dari pengalaman hidup kita.

Baca Juga: 5 Tips Efektif Mengembalikan Semangat Sekolah Anak Usai Liburan

(*)

Sumber: Your Tango
Penulis:
Editor: Arintha Widya