Parapuan.co - Mengajarkan anak tentang cara mengelola uang sejak dini adalah bekal penting untuk masa depan mereka. Literasi keuangan bukan sekadar tahu cara menabung, tapi juga mencakup kemampuan mengambil keputusan yang bijak dalam hal pengeluaran, berbagi, hingga merencanakan kebutuhan jangka panjang.
Semakin awal anak memahami nilai uang dan tanggung jawab yang menyertainya, semakin siap mereka menghadapi tantangan keuangan di usia dewasa. Apa yang anak pelajari hari ini akan membentuk kebiasaan finansial mereka di masa depan—apakah mereka akan menjadi individu yang mandiri dan bijak secara ekonomi, atau justru terjebak dalam pola konsumsi yang tidak sehat.
Maka dari itu, peran orang tua sangat krusial dalam menanamkan nilai-nilai keuangan yang tepat sebelum anak menginjak usia 18 tahun. Simak hal-hal yang dapat kamu lakukan untuk memberi bekal literasi keuangan pada anak seperti dirangkum dari Your Tango berikut ini!
1. Belajar Bertanggung Jawab Lewat Dunia Kerja
Mengajarkan anak tentang nilai kerja keras adalah langkah awal dalam literasi keuangan. Merayakan keberhasilan mereka mendapatkan pekerjaan bisa jadi momen penting untuk membangun rasa tanggung jawab.
Luangkan waktu untuk berbincang di suasana santai, misalnya saat makan bersama. Beri apresiasi atas komitmen mereka, sekaligus ingatkan bahwa lamu mendukung mereka dengan berbagai cara—antar jemput, membayar asuransi, menyediakan tempat tinggal, dan sebagainya.
2. Mengatur Uang: Simpan, Berbagi, dan Belanja dengan Bijak
Banyak keluarga hemat membagi uang ke dalam tiga kategori: menabung, berbagi, dan membelanjakan.
- Menabung: Anak perlu memahami pentingnya menunda kepuasan demi tujuan jangka panjang. Dorong mereka menetapkan target—misalnya membeli laptop—lalu bantu hitung berapa lama waktu yang dibutuhkan agar uang terkumpul.
Baca Juga: Dalam Semangat Hardiknas, Acara Ini Gaungkan Pentingnya Literasi Keuangan Bagi Pelajar
- Berbagi: Anak juga bisa diajak untuk menyisihkan sebagian uang untuk donasi atau mendukung kegiatan sosial yang mereka pedulikan.
- Belanja: Anak yang boros perlu belajar membatasi diri, sementara anak yang terlalu hemat perlu didorong untuk menikmati hasil kerja kerasnya secara wajar.
3. Belajar Merencanakan Biaya Masa Depan
Mengajak anak mencari tahu sendiri biaya hidup setelah dewasa bisa membuka mata mereka. Misalnya: berapa harga sewa tempat tinggal, biaya pulsa dan listrik, atau premi asuransi kendaraan. Pemahaman ini membuat anak lebih bijak dalam mengelola uang saat ini, karena mereka menyadari bahwa kebutuhan masa depan bisa sangat mahal.
4. Menghindari Masalah Saat Mendaftar Kuliah
Satu hal yang sering luput: bagaimana tabungan anak bisa memengaruhi bantuan biaya pendidikan seperti FAFSA. Aset atas nama siswa bisa mengurangi bantuan hingga 20%, sementara aset atas nama orang tua hanya berdampak maksimal 5,6%.
Bukan berarti anak tak boleh menabung, tapi orang tua perlu waspada. Alternatifnya, alihkan tabungan ke investasi komputer/laptop untuk kuliah, atau bahkan masukkan ke rekening pensiun, bisa juga dengan berinvestasi emas.
Siapkan Mereka Sebelum Terjun Sendiri
Mengajarkan literasi keuangan tidak berarti melarang anak bersenang-senang. Tapi sebelum mereka berusia 18 tahun dan hidup mandiri, penting untuk membentuk kebiasaan finansial yang sehat.
Anak boleh memutuskan bagaimana membelanjakan uangnya, tapi orang tua tetap punya hak veto, terutama untuk keputusan yang sembrono atau berisiko. Gunakan itu dengan bijak demi masa depan mereka.
Baca Juga: Pentingnya Literasi Keuangan Generasi Muda untuk Capai Financial Freedom
(*)