- Berbagi: Anak juga bisa diajak untuk menyisihkan sebagian uang untuk donasi atau mendukung kegiatan sosial yang mereka pedulikan.
- Belanja: Anak yang boros perlu belajar membatasi diri, sementara anak yang terlalu hemat perlu didorong untuk menikmati hasil kerja kerasnya secara wajar.
3. Belajar Merencanakan Biaya Masa Depan
Mengajak anak mencari tahu sendiri biaya hidup setelah dewasa bisa membuka mata mereka. Misalnya: berapa harga sewa tempat tinggal, biaya pulsa dan listrik, atau premi asuransi kendaraan. Pemahaman ini membuat anak lebih bijak dalam mengelola uang saat ini, karena mereka menyadari bahwa kebutuhan masa depan bisa sangat mahal.
4. Menghindari Masalah Saat Mendaftar Kuliah
Satu hal yang sering luput: bagaimana tabungan anak bisa memengaruhi bantuan biaya pendidikan seperti FAFSA. Aset atas nama siswa bisa mengurangi bantuan hingga 20%, sementara aset atas nama orang tua hanya berdampak maksimal 5,6%.
Bukan berarti anak tak boleh menabung, tapi orang tua perlu waspada. Alternatifnya, alihkan tabungan ke investasi komputer/laptop untuk kuliah, atau bahkan masukkan ke rekening pensiun, bisa juga dengan berinvestasi emas.
Siapkan Mereka Sebelum Terjun Sendiri
Mengajarkan literasi keuangan tidak berarti melarang anak bersenang-senang. Tapi sebelum mereka berusia 18 tahun dan hidup mandiri, penting untuk membentuk kebiasaan finansial yang sehat.
Anak boleh memutuskan bagaimana membelanjakan uangnya, tapi orang tua tetap punya hak veto, terutama untuk keputusan yang sembrono atau berisiko. Gunakan itu dengan bijak demi masa depan mereka.
Baca Juga: Pentingnya Literasi Keuangan Generasi Muda untuk Capai Financial Freedom
(*)