Baca Juga: Ciri-Ciri Atasan Red Flag yang Perlu Diwaspadai Karyawan, Seperti Apa?
2. Hapus stigma atas perjuangan pribadi: Dorong tim untuk tak hanya membagikan pencapaian, tapi juga tantangan yang sedang dihadapi. Ini bisa menumbuhkan keberanian untuk meminta bantuan.
3. Jadilah pemimpin yang sadar dan peka: Amati tanda-tanda perubahan perilaku, seperti tiba-tiba menarik diri atau berusaha terlalu keras menyenangkan orang lain. Terkadang, itu pertanda seseorang sedang kesulitan.
4. Bangun koneksi yang nyata: Semakin kuat relasi antara tim dan pemimpin, semakin kecil kemungkinan seseorang merasa harus kabur tanpa jejak.
Menutup Kursi Kosong dengan Empati
Ghosting akan tetap terjadi. Mungkin tidak bisa dihindari sepenuhnya. Akan selalu ada sosok yang tak kembali dari istirahat makan siang, dan kursi yang kosong menjadi pengingat bahwa di balik performa kerja ada kehidupan personal yang rumit.
Namun, alih-alih melabeli mereka sebagai tidak profesional atau manja, kita bisa mulai melihat lebih dalam. Terkadang, kepergian tanpa kata adalah seruan diam dari seseorang yang tak tahu cara mengutarakan rasa lelahnya.
Dan jika dunia kerja bisa menjadi ruang yang lebih memahami—bukan hanya menuntut—mungkin suatu hari nanti, lebih sedikit kursi kosong yang ditinggalkan dalam diam.
Mungkinkah di tempat kerja Kawan Puan juga terjadi hal serupa? Atau kamu adalah karyawan yang pernah pergi tersebut?
Baca Juga: 3 Kualitas Penting Karyawan Ideal Menurut CEO Snapchat Evan Spiegel
(*)