Kesenjangan Keterampilan Generasi Muda Indonesia di Tengah Revolusi AI

Arintha Widya - Kamis, 17 Juli 2025
Kesenjangan keterampilan generasi muda di era AI.
Kesenjangan keterampilan generasi muda di era AI. Kaewta Suphan

Beberapa inisiatif bahkan telah bermitra dengan institusi besar seperti Microsoft, Binar Academy, hingga lembaga sertifikasi profesional untuk menyediakan konten pelatihan gratis dan bersertifikat. Sertifikasi ini menjadi penting bagi pemuda yang ingin menambah nilai jual di pasar kerja, terutama bagi mereka yang tidak memiliki latar belakang pendidikan formal tinggi.

Pentingnya Pendekatan Fair Hiring

Di luar pelatihan keterampilan, perhatian juga perlu diberikan pada kesetaraan kesempatan kerja. Data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan partisipasi angkatan kerja perempuan masih berada di angka 56,42%, jauh di bawah laki-laki yang mencapai 84,77%. Angka ini mencerminkan adanya kesenjangan yang harus diatasi, terutama dalam akses pelatihan dan rekrutmen yang setara.

Prinsip perekrutan berbasis keterampilan—bukan latar belakang gender, pendidikan, atau status sosial—harus menjadi standar dalam membangun tenaga kerja masa depan. Praktik perekrutan yang adil (fair hiring) dapat membuka lebih banyak peluang bagi kelompok-kelompok yang selama ini terpinggirkan, termasuk perempuan muda, penyandang disabilitas, atau lulusan non-universitas.

Memberdayakan Pemuda untuk Masa Depan Inklusif

Peringatan World Youth Skills Day setiap 15 Juli seharusnya menjadi momentum untuk mempercepat langkah-langkah pemberdayaan pemuda. Dengan populasi usia 15–24 tahun yang mencapai 44 juta jiwa, Indonesia memiliki potensi besar untuk mencetak generasi pekerja unggul. Namun, tanpa dukungan terhadap akses keterampilan, potensi ini bisa berubah menjadi beban sosial.

Setiap pemuda Indonesia berhak mendapat kesempatan untuk meningkatkan kualitas hidup melalui pekerjaan yang bermakna. Untuk itu, keterampilan praktis yang sesuai dengan tuntutan industri saat ini, seperti pemanfaatan teknologi AI dan layanan digital, harus lebih mudah diakses oleh seluruh kalangan.

Gerakan-gerakan pelatihan daring berbasis komunitas atau platform pembelajaran terbuka kini menjadi tulang punggung dalam mendemokratisasi akses tersebut. Saatnya memperkuat kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat untuk memastikan tidak ada pemuda yang tertinggal dalam revolusi industri berikutnya.

Baca Juga: 20 Peluang Karier Fleksibel Era Digital, Bisa Disesuaikan Berbagai Keterampilan

(*)

Penulis:
Editor: Arintha Widya