Parapuan.co - Di Sawangan, Depok, ada aroma yang berbeda. Bukan bau sate atau mie ayam seperti yang biasa ditemui di pinggir jalan, melainkan wangi gurih ramen yang baru matang, suara kriuk karaage yang digoreng, dan hangatnya kuah donburi yang mengepul di mangkuk.
Cita rasa otentik ini berasal dari Kanemura Japanese Streetfood, tempat makan yang menghadirkan kuliner khas Jepang dalam balutan suasana sederhana.
Kanemura menyajikan aneka kuliner Jepang seperti calamari, ebi furai, hingga donburi. Menunya dibuat dengan rasa autentik, tapi tetap ramah di lidah orang Indonesia.
Di balik nama Kanemura, ada sosok Aditya Ramadhan. Ia memulai usaha ini karena merasa makanan Jepang yang ada di sekitar wilayahnya seringkali terasa mahal, atau justru kurang terasa “Jepangnya”.
Dari sana, lahirlah Kanemura, lengkap dengan logo yang punya filosofi unik. Kata "KANE" berarti enak, dan "MURA" yang ditulis dengan huruf M menyerupai gerbang torii dengan makna pintu masuk menuju pengalaman baru.
Baca Juga: Fakta Karakter Perempuan Sore di Film Sore: Istri dari Masa Depan
“Saya ingin masyarakat mengenal Jepang bukan dari bayangan, tapi dari rasa yang sebenarnya. Karena makanan itu bahasa yang bisa dimengerti siapa saja,” kata Aditya.
Saat pertama kali membuka toko kecilnya di Sawangan, Aditya tak menyangka akan disambut hangat oleh masyarakat sekitar. Banyak pelanggan datang kembali,tidak hanya karena makanannya, tapi juga karena suasana resto yang khas.
Dari sanalah muncul ide untuk membesarkan Kanemura. Ia melihat potensi menjadikannya platform kolaborasi, tempat belajar, bertumbuh, dan membuka jalan bagi siapa saja yang ingin terjun ke dunia kuliner Jepang.
/photo/2025/07/16/20250716_135244png-20250716015425.png)
Lalu, lahirlah sistem kemitraan Kanemura. Tapi bukan sekadar jual lisensi lalu lepas tangan. Aditya dan tim membagikan seluruh sistem yang sudah mereka bangun, mulai dari standar operasional, pelatihan karyawan, software pengelolaan outlet, sampai strategi promosi yang saling terhubung.
“Kanemura adalah tempat bertumbuh bersama. Sebuah perjalanan rasa yang ingin saya bagi,” ujarnya.
Bagi Aditya, membangun kemitraan bukan soal angka, tapi soal nilai. Ia ingin mitranya tumbuh bukan hanya secara bisnis, tapi juga secara pengalaman. Ia percaya bahwa makanan yang disajikan dengan hati, akan selalu punya tempat di hati pelanggan.
“Kemitraan bukan soal angka, melainkan tentang menyebarkan filosofi makan dengan rasa nyaman, menyajikan dengan hati, dan membangun bisnis dengan fondasi yang kuat,” tuturnya.
Sistem yang mereka siapkan juga dirancang agar bisa diakses siapa saja. Inklusif, efisien, dan siap berkembang.
Kanemura menghubungkan mitra lewat rantai pasok yang solid dan strategi pemasaran digital yang sudah terintegrasi. Jadi, mitra tidak dibiarkan berjalan sendiri, tapi justru ditemani.
Hari ini, Kanemura tidak lagi hanya milik Sawangan. Lewat sistem kemitraan, Kanemura mulai hadir di kota-kota lain. Semuanya dibangun dari semangat yang sama, yakni menghadirkan makanan Jepang yang akrab, autentik, dan bisa dinikmati banyak orang.