Bagaimana Peran Media Perempuan Ikut Menghapus Stigma terhadap Korban Kekerasan Seksual?

Arintha Widya - Kamis, 26 Juni 2025
Bagaimana Peran Media Perempuan Ikut Menghapus Stigma terhadap Korban Kekerasan Seksual?
Bagaimana Peran Media Perempuan Ikut Menghapus Stigma terhadap Korban Kekerasan Seksual? iStockphoto

Ini terjadi karena media membentuk ekspektasi tidak realistis tentang seperti apa bentuk kekerasan seksual. Mayoritas penggambaran menunjukkan pelaku sebagai orang asing dan aksi yang sangat kekerasan, padahal dalam kenyataannya 90% pelaku adalah orang yang dikenal korban.

"Semakin pengalaman korban berbeda dengan naskah mental (‘rape script’) yang dibentuk media, semakin kecil kemungkinan mereka mengidentifikasi peristiwa itu sebagai kekerasan," tambah Littleton.

Media Perempuan: Agen Perubahan Sosial

Di sinilah media perempuan memiliki peran kunci. Media yang berpihak pada korban bisa membongkar mitos yang merugikan, membuka ruang cerita yang empatik, serta menyediakan narasi yang membebaskan dari stigma. Salah satunya dengan memberikan ruang kepada korban untuk bersuara tanpa takut disalahkan atau dinilai (dihakimi).

Lebih dari itu, media perempuan bisa membangun media literacy atau literasi media di kalangan pembacanya. Ini penting agar masyarakat, terutama perempuan muda, bisa membedakan mana tayangan atau informasi yang konstruktif dan mana yang sekadar mengulang stereotip patriarkal.

"Media literacy adalah kemampuan memahami bahwa media bisa membuat seseorang tampak berbahaya padahal tidak, membuat sesuatu tampak tidak berbahaya padahal itu sangat serius—seperti kekerasan seksual," jelas narasi dalam laporan.

Mendorong Representasi yang Inklusif dan Kritis

Langkah lain yang bisa dilakukan media perempuan adalah memperluas representasi—tidak hanya soal keberagaman identitas korban (termasuk laki-laki dan non-biner), tetapi juga memperkaya sudut pandang dalam membahas relasi kuasa, budaya patriarki, dan pentingnya konsen. Representasi yang akurat dan beragam membantu publik memahami bahwa kekerasan seksual bisa terjadi pada siapa saja dan dalam berbagai bentuk.

Seperti diungkapkan peneliti Silvia Galdi (peneliti dan pengajar di University of Campania Luigi Vanvitelli, Italia), "Media yang mengobjektifikasi perempuan dengan menekankan pada kecantikan fisik dan kesiapan seksual, serta mereduksi mereka menjadi objek dekoratif dan seksual, merupakan faktor risiko yang mendorong pelecehan dan kekerasan seksual."

Baca Juga: Komnas Perempuan Dorong Peran Media dalam Pencegahan Kekerasan Berbasis Gender

Narasi yang Menguatkan, Bukan Menyudutkan

Dalam membangun masyarakat yang lebih adil gender dan bebas dari kekerasan, media perempuan memiliki tanggung jawab besar. Mereka bukan sekadar penyampai informasi, tetapi pembentuk nilai dan harapan sosial.

Dengan menghadirkan narasi yang sensitif, empatik, dan kritis terhadap kekuasaan patriarki, media perempuan bisa menjadi sekutu utama korban kekerasan seksual dalam mendapatkan keadilan dan pemulihan.

Sudah saatnya media tidak lagi menjadi cermin yang memantulkan bias, tetapi menjadi jendela untuk melihat dunia yang lebih setara dan manusiawi.

(*)

Penulis:
Editor: Arintha Widya