Bagaimana Peran Media Perempuan Ikut Menghapus Stigma terhadap Korban Kekerasan Seksual?

Arintha Widya - Kamis, 26 Juni 2025
Bagaimana Peran Media Perempuan Ikut Menghapus Stigma terhadap Korban Kekerasan Seksual?
Bagaimana Peran Media Perempuan Ikut Menghapus Stigma terhadap Korban Kekerasan Seksual? iStockphoto

Parapuan.co - Di tengah pengaruh besar media dalam membentuk norma sosial dan budaya, peran media, khususnya media perempuan seperti PARAPUAN menjadi semakin penting, terutama dalam melawan stigma terhadap korban kekerasan seksual.

Representasi yang keliru atau bias dalam pemberitaan, film, iklan, hingga media sosial tak jarang memperkuat stereotip, menyudutkan korban, dan memperparah trauma. Oleh karenanya, media yang berpihak pada korban dan mengedepankan keadilan dapat menjadi sarana ampuh untuk mengubah narasi, stigma, dan membangun solidaritas.

Representasi Media Mempengaruhi Pandangan Sosial

Tak dapat dimungkiri media memiliki kekuatan luar biasa dalam membentuk cara kita melihat diri sendiri dan orang lain. Televisi, film, hingga media sosial secara tidak langsung mengatur standar sosial dan norma tentang bagaimana seseorang seharusnya tampil, bersikap, dan diperlakukan.

Melansir dari National Sexual Violence Resource Center (NSVRC), disebutkan bahwa banyak dari kita menyerap citra media sejak usia yang sangat muda, sehingga sering kali menganggapnya sebagai cerminan kenyataan, padahal media adalah konstruksi buatan manusia. Karena itulah, tayangan-tayangan yang menyajikan kekerasan seksual secara keliru atau bahkan meromantisasi hubungan yang tidak sehat cenderung diterima begitu saja oleh penonton, tanpa banyak pertanyaan kritis.

Misalnya, banyak tayangan memperlihatkan adegan pemaksaan atau pelecehan seksual seolah-olah itu bagian dari dinamika romantis, atau justru menghapus dampak psikologis dari peristiwa tersebut demi alur cerita. Representasi semacam ini tidak hanya menyesatkan penonton, tetapi juga menyakitkan bagi para penyintas.

Dampak Langsung terhadap Penyintas

Studi yang dikutip NSVRC menjelaskan bahwa media sering kali menampilkan mitos-mitos pemerkosaan atau menyalahkan korban secara implisit. Sandra Schwark, seorang peneliti yang melakukan studi tentang representasi visual kekerasan seksual di media berita daring menemukan bahwa representasi visual kekerasan seksual dalam berita online cenderung mengikuti pola yang sama, termasuk memperkuat mitos perkosaan dan menyalahkan korban (cara menggambarkan korban).

Profesor Heather L. Littleton, psikolog University of Colorado, Colorado Springs, mengungkapkan, "Perempuan yang mengalami kejadian yang secara hukum tergolong pemerkosaan justru menyebutnya sebagai kesalahpahaman, bukan kejahatan."

Baca Juga: Stigma terhadap Korban Kekerasan Seksual di Daerah Konflik, Luka yang Tak Terlihat

Penulis:
Editor: Arintha Widya