Bagi banyak orang, trimester kedua adalah masa keemasan. Mual mulai mereda, perut mulai tampak membulat, dan tendangan pertama si kecil bisa dirasakan. Secara fisik dan emosional, ini adalah masa yang relatif lebih stabil.
Meski hormon seperti estrogen dan progesteron masih meningkat, tubuh mulai menyesuaikan diri. Akibatnya, perasaan bahagia, gairah, dan bahkan antusiasme yang berlebihan kerap muncul. "Peningkatan aliran darah membuat banyak ibu hamil merasa lebih bergairah secara seksual," kata Dr. Puryear.
Trimester Ketiga: Mudah Tersinggung dan Obsesi Bersih-Bersih
Menjelang kelahiran, euforia bisa berganti dengan rasa tidak nyaman. Perut makin besar, tidur makin sulit, dan kekhawatiran tentang persalinan serta peran baru sebagai orang tua mulai membebani pikiran. Kamu mungkin mudah marah, bahkan pada pasangan sendiri, hanya karena hal sepele seperti tidak membelikan donat cokelat di tengah malam.
Insting nesting atau keinginan kuat untuk membersihkan dan menata rumah juga mulai muncul. Ini didorong oleh hormon oksitosin yang membantu tubuh bersiap untuk persalinan dan menyusui. "Duniamu akan berubah total, jadi kamu berpikir, ‘Apa yang bisa aku kontrol sekarang?’" kata Jennifer Hartstein, terapis keluarga asal New York.
Contohnya, seorang ibu bernama Jennifer dari New York bercerita, "Dua minggu sebelum melahirkan, saya tiba-tiba merasa harus memanggang kue untuk semua tamu yang akan datang menjenguk. Saya membuat sekitar 12 lusin cookies. Sampai sekarang masih ada sisa!"
Cara Mengelola Perubahan Emosi Saat Hamil
Meski mood swing adalah bagian normal dari kehamilan, bukan berarti harus dibiarkan begitu saja. Berikut beberapa cara yang bisa membantu kamu lebih nyaman menghadapi masa ini:
1. Terima bahwa perasaanmu valid dan normal. Kehamilan bukan berarti harus bahagia setiap saat. "Yang kamu rasakan saat ini tidak menentukan akan jadi orang tua seperti apa kamu nanti," tegas Dr. Lucy Puryear.
Baca Juga: Wajah Berubah saat Hamil, Seberapa Besar Pengaruh Kehamilan pada Tubuh Perempuan?
2. Berbagi cerita dengan sesama ibu hamil. Bergabung dalam komunitas atau sekadar ngobrol santai dengan teman yang juga sedang hamil bisa membantu merasa tidak sendirian.
3. Luangkan waktu untuk self-care. Baik itu membaca buku, menonton film, atau sekadar tidur siang—lakukan hal-hal yang membuat kamu merasa rileks.
4. Libatkan pasangan dengan jelas. Jangan berharap mereka selalu tahu apa yang kamu butuhkan. Misalnya, kamu bisa bilang, "Saat aku menangis, tolong buatkan teh herbal, lalu tinggalkan aku sendiri sebentar."
5. Cari bantuan profesional bila diperlukan. Jika kamu merasa terus sedih, putus asa, atau kehilangan semangat selama lebih dari dua minggu, jangan ragu untuk berkonsultasi. "Kalau kamu terus menangis dan merasa tak ada yang menyenangkan, minta bantuan tenaga medis," saran Dr. Puryear.
Mood swing selama kehamilan adalah hal yang sangat umum dan biasanya bersifat sementara. Meski kadang terasa melelahkan, penting untuk memahami bahwa perubahan ini adalah bagian dari proses adaptasi tubuh dan pikiran menuju peran baru sebagai ibu.
Dengan dukungan yang tepat dan perhatian pada kesehatan mental, kamu bisa melalui masa ini dengan lebih tenang dan percaya diri.
Baca Juga: Selain Wajah, Bagian Tubuh Mana Saja yang Berubah selama Kehamilan?
(*)