Work–Life Balance atau Burnout Baru? Realitas Ibu Bekerja dari Rumah

Arintha Widya - Senin, 16 Juni 2025
Realitas WFH bagi ibu, antara work life balance atau burnout baru?
Realitas WFH bagi ibu, antara work life balance atau burnout baru? iStockphoto

Ditambah lagi, survei terbaru yang dilaporkan Parents menyatakan bahwa banyak ibu bahkan tidak menyisakan waktu untuk self‑care, dan bila tanpa disadari, dapat menimbulkan kecemasan dan kelelahan emosional.

Strategi untuk Mencegah Burnout

Agar WFH benar-benar menjadi solusi bukan justru memicu burnout, ada sejumlah hal yang bisa perempuan dengan peran sebagai ibu bekerja lakukan, yaitu.

1. Batasan Waktu dan Ruang: Tetapkan jam kerja yang tetap dan ruang khusus agar peran “ibu” dan “pekerja” tidak saling tumpang tindih.

2. Membagi Tugas: Libatkan pasangan atau anggota keluarga lain untuk mengurangi mental load dan invisible work.

3. Self‑Care Terjadwal: Buat jeda singkat harian untuk istirahat, meditasi, atau aktivitas fisik, tanpa rasa bersalah.

4. Sosialisasi dan Dukungan: Jalin koneksi dengan teman, grup dukungan untuk ibu, atau konselor agar tidak merasa sendirian. Bila memungkinkan, anak balita bisa berada di daycare meski kamu bekerja dari rumah.

Menutup Peran Ganda Secara Sehat

Kerja dari rumah memberikan kesempatan emas bagi ibu untuk menemukan kembali work–life balance. Fleksibilitas bukan jaminan otomatis, jika hanya menjadi jebakan tanpa batas, peran ganda ibu bisa berubah menjadi beban tak terlihat yang memicu burnout.

Baca Juga: Ibu Bekerja Emban Peran Ganda, Melanie Masriel: Guilty Feelings Itu Wajar

Memisahkan wilayah kerja dan personal, membagi tugas secara adil, serta menjaga waktu untuk diri sendiri adalah kunci agar WFH benar-benar memberdayakan, bukan melemahkan.

Dengan strategi bijak, WFH bisa menjadi wahana bagi ibu untuk meraih keseimbangan sejati, hidup profesional yang produktif dan rumah yang hangat, sekaligus mental yang sehat dan penuh energi.

(*)

Sumber: Psychology Today
Penulis:
Editor: Arintha Widya