Meski ceritanya berat, suasana di balik layar justru sangat hangat dan menyenangkan. Anak-anak pemeran muda dibuat nyaman dengan tenda khusus untuk bermain kartu dan sepak bola. Menurut Stephen Graham, hal itu memperkuat kedekatan emosional di antara tim, yang juga tercermin dalam hasil akhirnya.
Serial ini dirancang sebagai sebuah cerita kecil dari Inggris, namun justru mendobrak batas negara dan budaya. Adolescence menjadi tayangan nomor satu di 93 negara, termasuk Brasil dan Arab Saudi.
"Kami tidak menyangka bisa sampai sejauh itu," ujar Graham. "Tapi mungkin karena kami membuatnya dengan kejujuran, integritas, rasa hormat, dan cinta. Dan itu yang membuatnya melampaui batas."
Meski demikian, serial ini tak luput dari salah paham. Beberapa penonton menuduh bahwa cerita Adolescence mengandung unsur rasial karena kemiripannya dengan kasus nyata. Stephen Graham menegaskan bahwa tuduhan tersebut keliru.
"Beberapa orang mencoba menjadikan cerita ini soal ras. Padahal sama sekali bukan. Ini tentang keluarga biasa yang mengalami tragedi luar biasa," katanya. "Cerita ini bisa saja terjadi pada tetangga Anda, keponakan saudara Anda, atau bahkan anak Anda sendiri."
Saat ditanya tentang kemungkinan musim kedua, Graham mengaku terbuka. Namun jika berlanjut, ia ingin mengeksplorasi cerita dari sudut pandang keluarga lain — bukan keluarga korban, tapi keluarga dengan dinamika berbeda.
"Kalau ini serial biasa, tentu saja kami akan memperlihatkan sisi keluarga Katie, si korban," ujarnya. "Tapi saya ingin menggoyang kotak itu. Saya tidak mau Jamie datang dari rumah dengan ayah yang kasar atau ibu pemabuk seperti di drama-drama konvensional. Saya ingin menunjukkan sisi lain yang jarang terlihat."
Dengan lebih dari 100 juta penonton dan sambutan yang luar biasa, Adolescence bukan hanya drama kriminal biasa. Di tangan Stephen Graham, ini adalah potret emosional tentang menjadi orang tua, kehilangan, dan bagaimana cinta bisa menyelinap bahkan dalam duka terdalam.
Kawan Puan sudah menonton belum, nih?
Baca Juga: Krisis Maskulinitas dan Bahaya Internet: Alasan Guru dan Orang Tua Perlu Nonton Adolescence
(*)