Di era media sosial, banyak pasangan juga mempertimbangkan bagaimana nama anak mereka akan terdengar di telinga orang lain. Nama yang terdengar unik sering kali menjadi pertimbangan, terutama di kalangan generasi milenial dan Gen Z.
Meski begitu, keinginan untuk tampil modern bisa bertabrakan dengan pasangan yang lebih menyukai nama-nama klasik dan sederhana. Perbedaan persepsi ini bisa memperpanjang perdebatan karena menyangkut citra sosial keluarga di masa depan.
3. Terlalu Banyak Pilihan
Di era digital seperti sekarang, pasangan bisa dengan mudah mengakses ribuan daftar nama bayi hanya dalam hitungan detik. Alih-alih mempermudah, banyaknya pilihan justru bisa membuat proses ini semakin membingungkan dan melelahkan.
Saat satu nama disukai oleh satu pihak tetapi ditolak oleh pihak lain, proses pencarian bisa berulang terus-menerus tanpa titik temu yang jelas. Kondisi ini bisa memicu frustrasi, rasa tidak sabar, bahkan memperkeruh suasana hati menjelang kelahiran bayi.
Padahal, ini seharusnya menjadi masa yang penuh kehangatan dan kebersamaan.
Meski terlihat sepele, proses memilih nama bayi adalah pengalaman emosional yang dalam bagi banyak pasangan. Di balik nama tersebut, tersimpan identitas, nilai, harapan, bahkan cinta yang ingin diwariskan kepada anak.
Maka, wajar jika perdebatan terjadi, sebab setiap pihak ingin memberikan yang terbaik menurut versi mereka sendiri.
Oleh karena itu, membangun komunikasi yang terbuka, empatik, dan saling menghargai, perlu dilakukan. Alih-alih memperdebatkan nama mana yang lebih baik, cobalah untuk mendengarkan alasan di balik setiap pilihan.
Kadang, kompromi bisa ditemukan ketika kedua pihak benar-benar memahami makna yang ingin disampaikan melalui sebuah nama.
Baca Juga: Insipirasi Nama Bayi Perempuan dan Laki-Laki yang Lahir di Siang Hari
(*)
*Sebagian dari artikel ini dibuat dengan bantuan kecerdasan buatan (artificial intelligence - AI).