Tujuan Terkait
Tujuan Lestari terkait

Indonesia Masuk 10 Besar Terendah Negara dalam Literasi Sains

Kinanti Nuke Mahardini - Senin, 26 Mei 2025
Literasi STEM Indonesi masih rendah
Literasi STEM Indonesi masih rendah Stockimagefactory.com

Parapuan.co - Istilah STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics) kini makin banyak diagungkan, mengingat ini menjadi salah satu kunci terwujudnya generasi unggul dan berdaya saing tinggi untuk mendukung Indonesia Emas 2045.

Berbicara tentang STEM, terutama literasi sains, ternyata Indonesia masih tergolong rendah. Hal ini disampaikan oleh Anggota Tim Penasihat Ahli Kementerian Pendidikan Dasar Menengah (Kemendikdasmen), Dr. Stephanie Riady, B.A., M.Ed., dari siaran pers yang diterima PARAPUAN.

Doktor Stephanie menyebutkan data dari Programme for International Student Assessment (PISA) 2022 yang menempatkan Indonesia di peringkat ke-71 dari 80 negara dalam literasi sains.

Data ini seolah menunjukkan bahwa meskipun anak-anak Indonesia bersekolah, mereka belum sepenuhnya diajarkan cara berpikir ilmiah.

Sementara itu, laporan Fixing the Foundation dari Bank Dunia mengungkapkan bahwa banyak program pelatihan guru di negara berpenghasilan menengah, termasuk Indonesia, belum dirancang secara efektif, terutama dalam hal penguasaan konten dan metodologi pengajaran STEM.

Lantas, apa yang dimaksud dengan berpikir ilmiah? 

Sains dan berpikir ilmiah merupakan hal yang sangat berkaitan, sebab keduanya adalah cara berpikir, kemudian diterapkan dalam tindakan. 

"Sains sejatinya adalah cara berpikir, yaitu bagaimana melihat persoalan, merumuskan solusi, dan mengubah pengetahuan menjadi tindakan," ujar Dr. Stephanie.

Ia juga menyebutkan bahwa sistem pendidikan sains dan teknologi di Indonesia perlu diubah secara fundamental agar lebih relevan dengan kehidupan siswa masa kini.

Baca Juga: Tren Rekrutmen Talent War, Ini 5 Strategi Efektif untuk Pencari Kerja

Hafalan rumus, ujian pilihan ganda, dan minimnya praktik di kelas justru akan membuat siswa tidak memahami apa itu sains secara holistik. Kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kolaboratif juga sulit diperoleh karena yang tersedia hanya hafalan saja. 

Menurutnya, selama ini banyak siswa merasa asing dengan pelajaran STEM karena pendekatan pembelajarannya kurang membumi. Padahal, bidang ini memiliki potensi besar dalam membentuk pola pikir logis dan kreatif. 

Indonesia sejatinya memiliki potensi besar dalam pengembangan pendidikan sains dan teknologi. Berbagai inisiatif seperti pelatihan robotik di Yogyakarta, kompetisi inovasi di Jakarta, hingga pengembangan alat berbasis Internet of Things (IoT) oleh mahasiswa di Surabaya menjadi bukti bahwa ekosistem inovasi mulai tumbuh dan patut diapresiasi.

Menurutnya, tidak semua anak harus menjadi ilmuwan, terpenting adalah cara mereka untuk berpikir kritis. Dr. Stephanie juga mengungkapkan bahwa "Setiap anak perlu tahu cara mengamati, berpikir, dan menyelesaikan masalah. Karena masa depan tak dibangun oleh hafalan, tetapi oleh keberanian untuk bertanya, mencoba, dan gagal, lalu bangkit kembali."

Dalam upaya mendorong transformasi sistem pendidikan Indonesia, Riady Foundation hadir mendukung penerapan pendidikan STEM di berbagai jenjang.

Melalui program “STEM Indonesia Cerdas”, Riady Foundation bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan Dasar Menengah, Kementerian Pendidikan Tinggi Sainstek, Kementerian Kebudayaan, Kementerian Agama (Kemenag), Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi), serta lebih dari 500 satuan pendidikan perintis di seluruh Indonesia.

Program ini fokus dalam penguatan kompetensi guru, pengembangan kurikulum berbasis proyek dan AI, serta penyediaan ekosistem belajar yang kontekstual dan kolaboratif.

Dalam lima tahun ke depan, program ini menargetkan mampu membekali 10 juta siswa di seluruh Indonesia dengan kecakapan dasar di bidang Kecerdasan Buatan atau Artificial Intelligence (AI) dan STEM. Untuk mencapainya, akan disiapkan modul ajar inklusif, pelatihan guru, platform pembelajaran digital, serta sistem pemantauan dan evaluasi yang menyeluruh.

Baca Juga: Waspadai Dampak Penggunaan Earphone Noise-Cancelling bagi Telinga

 

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari, program KG Media yang merupakan suatu rencana aksi global, bertujuan untuk menghapus kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.