Untuk itu, penting bagi orang tua untuk menciptakan rutinitas malam yang konsisten, menyenangkan, dan memberikan rasa aman. Membacakan buku, memberi pelukan, dan mematikan lampu bersama bisa menjadi sinyal bahwa waktu tidur sudah tiba.
Memberikan pilihan kecil kepada balita, seperti memilih piyama atau buku cerita, memberi mereka rasa kontrol yang dapat mengurangi perlawanan. Jangan masuk dalam negosiasi panjang yang bisa memperpanjang waktu tidur.
Tetap tegas, namun dengan sikap penuh kasih adalah kunci. Anak-anak di usia ini merespons dengan baik pada batasan yang jelas, namun diberikan dengan empati.
- Anak Usia Sekolah (6–12 Tahun)
Anak usia sekolah mulai menghadapi tekanan akademik dan sosial yang lebih besar. Kegiatan ekstrakurikuler, pekerjaan rumah, dan paparan terhadap teknologi bisa mengganggu waktu tidur mereka.
Orang tua harus membantu mereka mengatur waktu secara bijak agar tidur tetap menjadi prioritas. Salah satu cara efektif adalah dengan menetapkan waktu tidur dan bangun yang konsisten, termasuk di akhir pekan. Hal ini dapat membantu menjaga ritme sirkadian anak tetap stabil.
Pastikan juga kamar tidur anak menjadi ruang yang nyaman dan hanya digunakan untuk tidur. Hindari membiarkan anak mengerjakan PR atau bermain gadget di tempat tidur.
Waktu layar sebaiknya dikurangi setidaknya satu jam sebelum tidur. Sebagai gantinya, ajak anak melakukan kegiatan relaksasi seperti membaca buku atau mendengarkan musik yang menenangkan. Kualitas tidur yang baik akan meningkatkan konsentrasi dan performa akademik mereka.
- Remaja (13–18 Tahun)
Baca Juga: Dukung Anak dengan Bipolar dan Skizofrenia Lewat Peran Keluarga
Remaja mengalami perubahan biologis yang membuat mereka secara alami ingin tidur dan bangun lebih larut. Namun, tuntutan sekolah yang dimulai pagi hari sering kali bertentangan dengan ritme alami ini, membuat remaja kurang tidur secara kronis.
Remaja yang kurang tidur lebih mudah mengalami masalah suasana hati, stres, dan penurunan prestasi akademik.
Orang tua perlu memahami hal ini dan mendukung anak dalam mengatur jadwal tidur yang realistis dan konsisten.
Komunikasi terbuka sangat penting dalam membantu remaja memahami pentingnya tidur. Bantu mereka memprioritaskan tidur di tengah jadwal yang padat.
Hindari kafein di sore hari dan ajak diskusi tentang dampak begadang dan penggunaan gadget sebelum tidur. Terpenting, orang tua juga harus menjadi panutan dalam menjaga kebiasaan tidur yang sehat, karena remaja sangat peka terhadap contoh di rumah.
Sebagai ibu, membantu anak-anak mendapatkan tidur yang cukup adalah bentuk kasih sayang dan perhatian.
Apabila kita memahami kebutuhan tidur mereka dan menerapkan kebiasaan tidur yang sehat, kamu dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan optimal mereka.
Ingatlah, bahwa tidur yang berkualitas adalah investasi dalam kesehatan dan kebahagiaan anak-anak.
Meluangkan waktu untuk menciptakan rutinitas tidur yang baik dan mengidentifikasi tanda-tanda gangguan tidur sedini mungkin harus dilakukan kita sebagai orang tua.
Baca Juga: Nama Bayi untuk Orang Tua Pencinta Musik, Penuh Makna dan Harmoni
(*)
Celine Night