Parapuan.co - Melestarikan satwa endemik seperti Owa Jawa bukanlah tugas yang mudah. Hal ini dibuktikan langsung oleh Rahayu Oktaviani, seorang peneliti, primatolog, sekaligus pendiri Yayasan KIARA (Konservasi Ekosistem Alam Nusantara), yang telah lama bergelut dalam penelitian sekaligus konservasi primata langka tersebut.
Dalam wawancara dengan PARAPUAN, Rahayu Oktaviani (disapa Ayu) menjelaskan berbagai tantangan yang ia hadapi dalam proses penelitiannya, baik dari sisi ilmiah maupun teknis, seperti keterlibatan masyarakat sekitar. Utamanya warga sekitar Taman Nasional Gunung Halimun, tempat Ayu meneliti Owa Jawa.
Penelitian yang Inklusif Jadi Tantangan Utama
Salah satu tantangan besar yang dihadapi Rahayu adalah bagaimana membuat hasil penelitian lebih inklusif dan membumi. Menurutnya, hasil riset sebaiknya tidak hanya berhenti di kalangan ilmuwan dan pembuat kebijakan, tetapi juga bisa dimengerti dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat umum, terutama mereka yang tinggal di sekitar habitat Owa Jawa.
"Kalau misalkan dari sisi penelitian ya, saya rasa salah satu tantangannya adalah bagaimana kita sebagai peneliti bisa menjadi lebih inklusif. Bagaimana caranya agar hasil penelitian tersebut dapat diterjemahkan secara lebih sederhana, sehingga sebagai contoh, masyarakat yang hidup di sekitar area tempat Owa Jawa hidup pun bisa tahu apa sih pentingnya kita melakukan penelitian," papar Ayu.
Menerjemahkan bahasa ilmiah ke dalam narasi yang bisa dimengerti masyarakat awam menjadi pekerjaan tersendiri yang tidak kalah penting. Bagi Rahayu, ini bukan sekadar komunikasi, tetapi juga strategi untuk menumbuhkan rasa memiliki dan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga satwa liar seperti Owa Jawa.
Ancaman Serius bagi Owa Jawa
Selain tantangan komunikasi, Rahayu juga menyoroti ancaman nyata terhadap Owa Jawa di alam liar. Dua hal utama adalah penyempitan habitat dan perdagangan ilegal Owa Jawa untuk dijadikan peliharaan.
"Ancaman-ancaman lain terkait dengan habitat dan kehidupan Owa Jawa sendiri pun masih tetap ada, baik dari sisi kurangnya habitat, karena memang luasan habitat mereka yang semakin menyempit, atau perdagangan ilegal yang menjadikan mereka sebagai suatu peliharaan," jelasnya.
Baca Juga: Sosok Rahayu Oktaviani yang Raih Penghargaan karena Pelestarian Owa Jawa
Situasi semacam itu mengancam kelangsungan hidup Owa Jawa, yang hanya bisa ditemukan di Pulau Jawa dan memiliki peran ekologis sangat penting dalam hutan.
Peran Owa Jawa sebagai "Petani Hutan"
Rahayu Oktaviani menekankan bahwa Owa Jawa berperan besar dalam regenerasi hutan karena mereka merupakan satwa frugivor (pemakan buah). Dengan memakan buah dan menyebarkan bijinya melalui kotoran, Owa Jawa membantu pertumbuhan pohon baru.
"Keberadaan mereka sangat penting sekali sebagai penyebar biji atau petani hutan. Jadi 70% dari sumber makanan mereka berasal dari buah-buahan. Dan kemudian dari tumbuhan buahnya tersebut yang mereka makan, itu biasanya bijinya mereka telan dan nantinya akan kembali menjadi pohon," jelasnya.
Yayasan KIARA Melibatkan Masyarakat dalam Konservasi
Melihat pentingnya pendekatan multidisipliner, Ayu membentuk Yayasan KIARA sebagai perpanjangan tangan dari kegiatan riset ke aksi nyata di lapangan. "KIARA ini lahir dari proyek riset sebenarnya, di mana memang itu menjadi akar dari kegiatan kami. Lalu kemudian kami menyadari bahwa penting sekali untuk menggapai lebih banyak orang untuk bersama-sama aktif dalam kegiatan aksi konservasi," ucapnya.
Yayasan KIARA menjalankan tiga pilar utama, yakni riset, pendidikan konservasi, dan pengembangan masyarakat. Ketiga pilar ini menjadi dasar bagi pendekatan holistik dalam melestarikan Owa Jawa, di mana manusia tidak hanya sebagai penyebab kerusakan, tetapi juga bagian dari solusi konservasi.
"Tiga pendekatan tersebut yang kami harapkan bisa menjadi salah satu panduan untuk menjadikan manusia sebagai salah satu unsur paling penting dalam aksi konservasi itu sendiri," kata Ayu.
Perjuangan Rahayu Oktaviani membuktikan bahwa pelestarian satwa tidak cukup dilakukan melalui penelitian saja, tetapi juga membutuhkan keterlibatan masyarakat dan pendekatan lintas sektor.
Tantangan yang dihadapi adalah pengingat bahwa konservasi adalah kerja kolektif, bukan individual. Owa Jawa mungkin hanya satu spesies di antara banyak satwa liar Indonesia, tetapi keberadaannya sangat penting bagi masa depan hutan dan keberlangsungan ekosistem.
Baca Juga: Peran Rahayu Oktaviani dalam Pelestarian Owa Jawa dan Cara Menjadi Primatolog
(*)