Pahami 5 Stages of Grief dan Cara Pemulihannya untuk Perempuan

Tim Parapuan - Kamis, 8 Mei 2025
Perempuan rentan mengalami depresi pasca trauma
Perempuan rentan mengalami depresi pasca trauma Freepik

Bagi banyak perempuan, penolakan muncul dalam bentuk produktivitas berlebihan atau pengabaian terhadap emosi sendiri. Mereka merasa harus tetap kuat demi keluarga atau pekerjaan, padahal secara batin mereka sedang membeku. Ini adalah cara pikiran melindungi diri dari realitas yang terlalu berat untuk diproses sekaligus.

2. Anger (Kemarahan)

Ketika kenyataan mulai menembus pertahanan, kemarahan dapat muncul, baik terhadap diri sendiri, orang lain, bahkan Tuhan. Perempuan sering mengalami tahap ini dalam diam, karena ekspresi kemarahan dianggap tidak pantas dan dilihat tidak feminin.

Padahal, kemarahan adalah bagian penting dari proses grief. Kemarahan menunjukkan bahwa seseorang mulai menghadapi kenyataan. Jika tidak diekspresikan dengan sehat, emosi ini bisa berubah menjadi luka batin yang menetap.

3. Bargaining (Tawar-menawar)

Tahap ini biasanya ditandai dengan pikiran berandai-andai, seperti “Seandainya aku lebih perhatian,” atau “Kalau saja aku melakukan hal berbeda, ini tidak akan terjadi.” Bargaining adalah upaya untuk mengambil kembali kendali yang terasa hilang.

Perempuan kerap memikul rasa bersalah yang tidak seharusnya, karena terbiasa merasa bertanggung jawab atas emosi dan keselamatan orang lain. Pada tahap ini, mereka bisa terdorong untuk mengorbankan diri atau menekan rasa duka demi membayar apa yang tidak bisa diubah.

4. Depression (Depresi)

Ketika kenyataan sepenuhnya diterima, kesedihan mendalam mulai terasa. Depresi dapat berupa kelelahan, kehilangan minat, isolasi sosial, atau bahkan gejala fisik.

Baca Juga: Pemicu Individu Lakukan Self-Harm dan Kaitannya dengan Kesehatan Mental

Tahap ini yang paling sunyi, karena dukungan sosial biasanya mulai berkurang setelah waktu berlalu. Depresi dalam grief bukan berarti gangguan mental langsung, melainkan reaksi alamiah terhadap kehilangan. Namun, jika berlangsung terlalu lama atau mengganggu fungsi harian, perempuan berisiko mengalami complicated grief yang membutuhkan dukungan profesional.

5. Acceptance (Penerimaan)

Penerimaan bukan berarti rasa kehilangan hilang begitu saja. Namun, tentang kemampuan untuk hidup berdampingan dengan duka, menerima kenyataan tanpa mengingkari perasaan.

Dalam tahap ini, perempuan mulai merangkai ulang hidupnya, membangun makna baru, dan menyadari bahwa kehilangan adalah bagian dari pengalaman manusia. Perempuan merasakan adanya ketenangan, bukan karena semuanya baik-baik saja, tapi karena mereka telah belajar hidup dengan luka yang kini menjadi bagian dari diri mereka.

Memahami lima tahap berduka adalah langkah awal, tapi lebih dari itu, penting bagi perempuan untuk memiliki strategi yang sehat ketika mengalaminya sendiri maupun saat menjadi pendamping bagi orang lain yang sedang berduka.

Mengutip dari Healthline.com, berikut ini panduan yang bisa Kawan Puan lakukan:

- Beri ruang untuk merasa

Emosi seperti marah, kecewa, takut, bingung, atau bahkan mati rasa adalah respons yang normal saat berduka. Banyak perempuan terbiasa menekan emosi demi tetap kuat, atau tidak merepotkan orang lain. Padahal, menolak untuk merasakan justru bisa memperpanjang luka. Beri diri izin untuk menangis, diam, atau marah, karena itu adalah bagian dari proses penyembuhan yang sehat.

- Jangan ragu mencari dukungan

Grief tidak harus dihadapi sendirian. Berbicara dengan sahabat, bergabung dalam support group, atau menemui terapis bisa membantu memproses perasaan yang rumit. Seringkali perempuan merasa bersalah karena menganggap kesedihan mereka tidak sepenting itu. Padahal, semua kehilangan, baik besar maupun kecil, layak mendapatkan ruang dan perhatian.

- Waspadai tanda bahaya

Meskipun grief adalah proses normal, ada kalanya ia berkembang menjadi gangguan serius seperti prolonged grief disorder atau depresi. Jika rasa kehilangan berlangsung lebih dari enam bulan dan mulai mengganggu kemampuan untuk bekerja, tidur, atau menikmati hidup, penting untuk mencari pertolongan profesional. Perubahan pola makan, pikiran putus asa, atau menarik diri secara sosial juga patut diwaspadai.

Baca Juga: 5 Kegiatan untuk Meningkatkan Kesejahteraan Mental Perempuan Dewasa

- Rawat tubuh dengan baik

Grief tidak hanya tinggal di pikiran, tetapi juga dalam tubuh. Kelelahan, sulit tidur, dan sakit fisik sering kali menyertai proses berduka. Memastikan kebutuhan dasar seperti makan bergizi, istirahat cukup, dan aktivitas fisik ringan seperti berjalan kaki atau yoga dapat membantu menstabilkan emosi. Merawat tubuh adalah bentuk kasih sayang pada diri sendiri.

- Dukung tanpa menghakimi

Bila orang terdekatmu sedang berduka, kehadiran yang tenang dan empatik jauh lebih berharga daripada saran yang tergesa. Hindari ucapan seperti “kamu harus kuat” atau “semua akan baik-baik saja”, tetapi fokuslah untuk mendengarkan. Tawarkan bantuan konkret, seperti menemani ke terapis atau membantu pekerjaan rumah. Dan jangan lupakan perawatan diri sendiri, kamu juga butuh ruang untuk bernapas agar bisa hadir dengan sepenuh hati.

 

(*)

Celine Night

 

Sumber: WHO,Healthline.com
Penulis:
Editor: Citra Narada Putri