Parapuan.co - Dalam era modern, peningkatan konsumsi dan produksi limbah menjadi semakin masif. Pada akhirnya, persoalan sampah menjadi isu krusial yang tak bisa lagi dipandang sebelah mata.
Setiap harinya, jutaan ton sampah diproduksi di seluruh dunia, dan sebagian besar dari limbah tersebut berakhir di tempat pembuangan akhir tanpa melalui proses pemilahan yang memadai.
Padahal, pemilahan sampah sejak dari sumbernya merupakan langkah pertama yang paling penting dalam menciptakan sistem pengelolaan sampah efektif dan berkelanjutan.
Di tengah tantangan tersebut, siapa sangka perempuan ternyata memiliki andil dan kontribusi yang luar biasa dalam upaya pilah sampah. Perempuan, baik sebagai ibu rumah tangga, pelaku UMKM, pegiat komunitas, hingga profesional di bidang lingkungan, memiliki potensi luar biasa dalam membentuk budaya pilah sampah.
Melalui tanggung jawab besar dalam pengelolaan rumah tangga dan pendidikan anak, perempuan menjadi aktor utama sekaligus penentu bagaimana sampah dikelola di tingkat keluarga.
Lebih jauh lagi, keterlibatan perempuan dalam berbagai gerakan lingkungan, baik formal maupun informal, menunjukkan bahwa mereka bukan sekadar bagian dari solusi, melainkan juga motor penggerak perubahan.
Fei Febri, Founder & CEO PT. Inovasi Gerakan Masyarakat (INGRAM) mengatakan bahwa perempuan memiliki andil yang sangat besar dalam upaya pilah sampah. Bahkan, dalam komunitas yang ia bina, sekitar 70 persen anggotanya adalah perempuan.
Angka ini bukan hanya sekadar statistik, melainkan cerminan nyata dari bagaimana perempuan mengambil bagian aktif dalam gerakan lingkungan, khususnya yang berfokus pada pengelolaan sampah.
Hal ini sejalan dengan realitas di banyak rumah tangga Indonesia, di mana perempuan, terutama ibu, memiliki peran sebagai pengambil keputusan utama dalam hal konsumsi dan pengelolaan limbah rumah tangga.
Baca Juga: Cara Membuat Kompos Organik agar Perempuan Bisa Atasi Masalah Sampah Rumah Tangga