"Supaya kemudian mereka mendapat asistensi yang lebih. Tidak dibimbing oleh pembimbing agama atau pembimbing ibadah yang laki-laki. Dan mereka akan lebih nyaman apabila pembimbing itu adalah perempuan," jelas Dahnil.
Pernyataan ini menurut saya sangat tepat. Prinsip kenyamanan dan keamanan dalam ibadah tidak boleh diabaikan, apalagi dalam konteks perjalanan jauh seperti haji yang memakan waktu lama dan fisik yang terkuras.
Selain aspek bimbingan ibadah, penulis merasa penting juga jika konsep haji ramah perempuan meliputi aspek logistik dan fasilitas. Misalnya, akses toilet perempuan yang memadai, pengaturan kamar tidur yang lebih privat dan aman, serta layanan medis yang memperhatikan kesehatan reproduksi dan kebutuhan khusus perempuan.
Lebih dari itu, adanya petugas perempuan yang cukup banyak bisa mendorong atmosfer pemberdayaan di kalangan jemaah. Mereka tidak hanya menjadi penerima layanan, tetapi juga bisa lebih aktif dan percaya diri dalam menjalani rangkaian ibadah, tanpa rasa sungkan atau ketidaknyamanan.
Sebagian orang mungkin beranggapan bahwa konsep ini tidak terlalu urgen, karena haji adalah ibadah kolektif yang berlaku sama bagi semua orang. Namun penulis meyakini, prinsip kesetaraan gender tidak bertentangan dengan ajaran agama—justru memperkaya pengalaman spiritual dan sosial para jemaah.
Rasulullah SAW sendiri selalu menunjukkan keteladanan dalam memperhatikan kebutuhan perempuan dalam pelaksanaan ibadah, termasuk dalam perjalanan ibadah yang berat. Dengan demikian, konsep haji ramah perempuan selaras dengan spirit Islam yang menjunjung tinggi keadilan dan kenyamanan umatnya.
Sebagai negara dengan jemaah haji terbesar di dunia, Indonesia selayaknya menjadi pelopor dalam penerapan standar pelayanan haji yang sensitif gender. Langkah BP Haji ini bukan hanya memenuhi kebutuhan teknis, tetapi juga bentuk penghormatan terhadap martabat dan hak perempuan Muslim.
Tentu, implementasi konsep ini tidak akan lepas dari tantangan. Namun dengan perencanaan matang dan pelibatan perempuan dalam perumusan kebijakan, saya optimis Indonesia mampu mewujudkan pelaksanaan haji yang benar-benar inklusif, nyaman, dan memberdayakan.
Oleh sebab itu, saya mendorong semua pihak, baik pemerintah, DPR, maupun masyarakat, untuk mendukung penuh rencana ini. Haji ramah perempuan adalah cerminan kemajuan berpikir dan penghormatan terhadap seluruh umat Islam tanpa memandang gender.
Baca Juga: Perdokhi Bagikan Tips agar Tetap Sehat Selama Menjalankan Ibadah Haji
(*)