Anneila Firza Kadriyanti

Pengamat komunikasi politik gender; founder dan pegiat literasi digital Mari Melek Media; feminist blogger.

Artificial Intelligence (AI) dan Masa Depan Kesetaraan Gender

Anneila Firza Kadriyanti Minggu, 16 April 2023
Bagaimana perempuan bisa memanfaatkan artificial intelligence (AI), atau kecerdasan buatan, untuk memajukan kesetaraan gender di dunia maya.
Bagaimana perempuan bisa memanfaatkan artificial intelligence (AI), atau kecerdasan buatan, untuk memajukan kesetaraan gender di dunia maya. Wanlee Prachyapanaprai

Tulisan ini merupakan pandangan pribadi dari penulis.

Oleh karenanya, di hadapan ChatGPT dan penciptaan kecerdasan buatan berikutnya di masa mendatang, ini merupakan waktu yang tepat bagi manusia untuk menunjukkan kuasa dan kehendaknya untuk menjadikan kecerdasan buatan hanya sekedar sebagai asisten yang membantu, bukan pengganti kerja manusia!

Menggunakan AI Untuk Promosi Kesetaraan Gender

Selayaknya sebuah mesin buatan manusia, tak heran jika suatu produk teknologi masih memuat eror dan ketidaksempurnaan.

Akan tetapi, kegigihan manusia dalam mengembangkan perangkat teknologi akan semakin memperbaiki sistem kecerdasan buatan, sehingga AI menjadi sebuah alat yang berkomitmen terhadap kemanusiaan.

Di antara sekian banyak kemampuan ChatGPT yang dielukan, chatbot besutan OpenAI ini berkomitmen untuk melawan, menangkal, dan menghindari narasi-narasi diskriminatif dan tidak patut.

AI kian diperbaiki agar kelak bisa mencegah penyebaran hoaks dan menghentikan ujaran kebencian dari topik-topik sensitif yang mencederai perasaan manusia.

Tentunya ini merupakan kabar baik bagi perempuan yang selama ini berkutat melawan ketidaksetaraan atau diskriminasi gender di beragam bidang.

Menyuarakan kesadaran terhadap pentingnya kesetaraan gender di dunia nyata dan di dunia maya akan semakin mudah, masif, dan signifikan dengan adanya bantuan artificial intelligence yang dapat turut mempromosikan keadilan gender.

Internet selama ini dipandang sebagai ruang yang memberikan kesetaraan dan kebebasan dalam berpendapat dan berekspresi.

Nyatanya ruang digital bagi patriarki tak lebih baik sebab merupakan perpanjangan realitas dari dunia offline yang kental dengan dominansi patriarki.