Dr.  Firman Kurniawan S.

Pemerhati budaya dan komunikasi digital, pendiri LITEROS.org, dan penulis buku Digital Dilemma

Penindasan dan Perlawanan Perempuan di Ranah Teknologi

Dr. Firman Kurniawan S. Selasa, 14 Februari 2023
Para perempuan di bidang teknologi punya pengaruh besar. Mereka menginspirasi kita untuk mewujudkan mimpi, di area yang terasa sulit sekali pun.
Para perempuan di bidang teknologi punya pengaruh besar. Mereka menginspirasi kita untuk mewujudkan mimpi, di area yang terasa sulit sekali pun. DrAfter123

Tulisan ini merupakan pandangan pribadi dari penulis.

Parapuan.co - Penindasan pada perempuan di ranah teknologi, nyata adanya.

Saat pengembangan teknologi hari ini banyak memberi kesempatan perempuan turut terlibat, tak berarti penindasan berhenti.

Penindasan ini bisa aneka rupa bentuknya, Kawan Puan.

Mulai dari diskriminasi penilaian pada karya perempuan, pelecehan terhadap keterlibatan perempuan, penyiaran kabar palsu oleh sosok tertentu, juga kampanye yang memojokkan peran perempuan lewat media online.

Setidaknya, salah satu penindasan di atas dialami Zoe Quinn.

Quinn adalah sosok perempuan hebat. Dia punya kemampuan memprogram produk-produk games. Kemampuan yang biasa dikuasai laki-laki.

Akibat “keberaniannya” masuk ke ranah ini, Quinn memperoleh ganjaran berat.

Ganjaran itu berupa tuduhan miring, yang dilontarkan mantan pacarnya sendiri. Quinn disiarkan terlibat asmara, dengan seorang jurnalis.

Baca Juga: Cerita Para Founder Startup Perempuan Soal Kendala di Industri Teknologi

Dalam peluncuran produk games, lazim jika pemrogram (programmer) membangun publikasi atas karyanya.

Ini adalah taktik pemasaran yang biasa dilakukan. Masih banyak cara-cara lainnya.

Dalam hal publikasi media, tak jarang akibat intensifnya relasi, terjalin hubungan antara pemrogram games dengan jurnalis.

Pada produk Zoe Quinn, muncul tuduhan adanya kisah asmara jurnalis dengan sang pemrogram.

Namun semua tuduhan itu tak terbukti. Hanya saja magnitude peristiwanya terlanjur besar.

Ini menghebohkan dunia video games. Tuduhan skandal yang terjadi pada Agustus 2014 ini, sering dikenal sebagai Gamergate.

Tuduhan bercorak asmara yang melibatkan dua gender, namun menekan perempuan.

Gamergate kerap diulas sebagai contoh tak dikehendakinya emansipasi perempuan di dunia laki-laki. Dan corak perlawanannya dipengaruhi feminisme.

Baca Juga: 4 Kalimat Seksis yang Sering Diterima Perempuan Sehari-Hari

Kisah tentang tekanan dan marginalisasi perempuan pada dunia games di atas, seluruhnya ditulis sebagai hasil penelitian yang dilakukan Maynooth University, 2022. Judulnya “Are New Technologies for Men Only?”.

Dalam uraian hasil penelitian berikutnya, dikemukakan juga tentang tak sesuainya headset untuk virtual reality (VR) yang digunakan perempuan.

Ini bentuk penindasan yang lain. Seluruhnya, lantaran headset VR sejak dikembangkan menggunakan kepala laki-laki.

Dirancang agar pas dengan kepala laki-laki, namun sedikit lebih besar bagi perempuan.

Penindasan yang nampaknya tak sengaja, namun karena diproduksi oleh laki-laki, cenderung tak memperhitungkan perempuan.

Baca Juga: Bias Algoritma dan Peminggiran Perempuan dari Arena Teknologi

Namun demikian, dalam kapasitas berpikirnya yang identik dengan laki-laki, perempuan tak tumpang kaki berpangku tangan.

Sejarah mencatat, banyak perempuan memecah kungkungan stigma dan meraih kesetaraan.

Perempuan-perempuan yang memaksa sejarah untuk mencatat nama mereka, lewat ciptaan aneka penemuan di dunia teknologi.

Para puan hebat ini diceritakan dalam, “The Women Who Changed the Tech World” yang ditulis Amelia Whyman, 2020.

Tulisan itu dibuka dengan kutipan Katherine Johnson, ahli matematika NASA.

Perempuan bisa melakukan semua yang bisa dilakukan laki-laki. Terkadang perempuan punya lebih banyak imajinasi daripada laki-laki.

Uraian Whyman terbagi menjadi 2 bagian. Pertama, “10 Perempuan yang Mengubah Dunia”, yang kedua, ”5 Perempuan yang Mengubah Dunia Teknologi Hari Ini”.

Dimulai dari yang pertama: Ada Lovelace. Perempuan ini adalah programmer komputer pertama di dunia.

Kemampuannya sebagai pemrogram adalah hasil ketekunannnya mempelajari matematika.

Keterampilan serta minat pada pemrograman komputer, mengantarnya pada hubungan kerja dengan Charles Babbage.

Babbage sendiri adalah penemu Analytical Engine, suatu perangkat yang menyerupai elemen komputer modern di awal masa pengembangannya.

Sebagai hasil dari pekerjaannya di proyek tersebut, Lovelace sering disebut sebagai programmer komputer pertama di dunia.

Karya Lovelace jadi inspirasi Alan Turing pada komputer modern pertama, di tahun 1940-an.

Baca Juga: Mengenal Ada Lovelace, Programmer Perempuan Pertama di Dunia

Kedua, Grace Hopper. Perempuan ini dijuluki sebagai Ilmuwan Komputer Terkemuka.

Hopper adalah ilmuwan komputer dan pemrogram komputer pertama yang mengerjakan Harvard Mark I.

Karya Hopper merupakan cikal bakal pengembangan bahasa pemrograman COBOL, yang hingga saat ini masih digunakan.

Ketiga, Hedy Lamarr. Perempuan ini penemu cikal bakal Wi-Fi.

Lamarr, sang penemu perangkat berteknologi tinggi ini, juga aktris film.

Atas penemuannya, perempuan ini dianugerahi paten di tahun 1942, untuk sistem komunikasi rahasia yang dirancang dengan bantuan komposer George Antheil.

Sistem lompatan frekuensi yang dikembangkan Lamarr digunakan dalam perang untuk mematikan torpedo dengan panduan radio.

Penemuan Lamarr mengilhami teknologi Wi-Fi, GPS, maupun Bluetooth, yang kita gunakan hingga hari ini.

Baca Juga: Jadi Aktris Hollywood Sekaligus Penemu Wifi, Inilah Sosok Hedy Lamarr

Keempat, Annie Easley: Ilmuwan roket NASA juga perintis keragaman gender dan ras di bidang Science, Technology, Engineering and Mathematics (STEM).

Easley yang adalah perempuan berkulit hitam, merupakan satu dari empat karyawan minoritas di tempatnya bekerja.

Karya penting Easley menjadi dasar kerja saat NASA mengembangkan pesawat ulang-alik yang dikenal hari ini.

Kelima, Mary Wilkes. Perempuan ini tercatat dalam sejarah, sebagai pengguna komputer rumah pertama di dunia.

Wilkes adalah mantan pemrogram komputer dan perancang logika.

Karyanya tetap diingat dunia, karena perempuan ini mendesain perangkat lunak yang menjadi salah satu sistem komputer pribadi interaktif.

Keenam, Adele Goldberg, menghadirkan inspirasi untuk graphical user interface (GUI).

Perempuan ini berperan penting dalam pengembangan bahasa pemrograman Smalltalk-80, yang kemudian dikembangkan komputer Apple yang pertama.

Konsep yang dijalankan Goldberg dan timnya menjadi dasar untuk antarmuka pengguna grafis yang digunakan di Apple.

Baca Juga: Profil Katie Bouman, Computer Scientist di Balik Foto Black Hole Luar Angkasa

Ketujuh, Radia Perlman, yang dijuluki sebagai Ibu Internet.

Perempuan ini dijuluki Mother of the Internet, lantaran penemuan algoritma di balik Spanning Tree Protocol (STP) yang berperan penting dalam mewujudkan internet hari ini.

Karyanya membawa pengaruh pada kemampuan otomatis jaringan yang mampu memindahkan data, serta pertukarannya.

Saat tulisan ini dikutip, Perlman masih menjadi pemrogram dan insinyur komputer untuk Dell EMC.

Kedelapan, Katherine Johnson, ahli matematika NASA.

Pada usianya yang menginjak 97 tahun, Johnson, memperoleh penghargaan Presidential Medal of Freedom dari Presiden Obama.

Temuannya sebagai ahli matematika, berupa perhitungan rumit yang digunakan untuk analisis lintasan.

Ini jadi kunci keberhasilan penerbangan luar angkasa AS yang pertama.

Kesembilan, Karen Sparck-Jones, yang tercatat dalam sejarah sebagai Pelopor Ilmu Informasi.

Karyanya yang banyak dikutip, menyangkut pengembangan Inverse Document Frequency (IDF).

Temuan ini dijadikan sebagai faktor pembobot yang mampu mengevaluasi tingkat pentingnya kata dalam sebuah dokumen.

Karya Jones amat bermanfaat dalam penentuan tingkat relevansi dokumen di mesin pencari web.

Baca Juga: Kisah Carina Joe, Sosok Ilmuwan Indonesia di Balik Kesuksesan Vaksin AstraZeneca

Kesepuluh, Elizabeth Feinler: Pengembang Mesin Pencari (Search Engine).

Temuan ini didasari oleh pekerjaannya mengelola pusat informasi jaringan di California, yang dijalani Feinler antara tahun 1972 sampai 1989.

Pengelolaan informasi untuk memudahkan pencarian yang dilakukan Feinler, mirip dengan kerja mesin pencari Google mula-mula.

Selain itu Feinler juga mengembangkan skema penamaan domain: .com, .edu, .gov, .net, yang relevan hingga saat ini.

Tulisan Whyman dilanjutkan uraian, ”5 Perempuan yang Mengubah Dunia Teknologi Hari Ini”.

Dalam kategori ini, muncul Kike Oniwinde, Pendiri dan Direktur Utama BYP Network. Lembaga yang memberdayakan para profesional berkulit hitam.

Dalam uraian di situs web-nya, lembaga ini punya visi membuka peluang bagi minoritas kulit hitam dalam mengembangkan bakat mereka.

Berikutnya Chelsea Brown, pakar keamanan siber, Pendiri dan Direktur Utama Digital Mom Talk.

Perempuan ini juga Konsultan Keamanan Siber bersertifikat. Layanannya berupa perlindungan keluarga maupun bisnis dari peretas.

Baca Juga: 6 Hal yang Bisa Diterapkan Perempuan Jika Bekerja di Bidang Teknologi

Brown memperoleh pengakuan sebagai Perempuan Pengubah Dunia Teknologi Hari Ini, di tahun 2019.

Sedangkan posisi sebagai Pemimpin dalam Teknologi (The Leader in Tech), Lifecycle Manager di Global Application Testing, diduduki oleh Cristina Ivanciuc.

Tanggung jawab perusahaan yang dipimpin perempuan ini meliputi pengujian web dan aplikasi fungsional yang jangkauannya global.

Berikutnya, Andrea Loubier, pengusaha, Direktur Utama dan Pendiri Mailbird.

Perusahaan ini dikenal sebagai perusahaan yang menyediakan layanan pengelolaan surat elektronik (e-mail) berbasis Windows 7, 8, 10, dan 11.

Penggunaannya untuk mengirim dan menerima surat elektronik, mengelola kalender acara, melakukan kontak dari berbagai penyedia surat elektronik, termasuk Outlook, Gmail, Yahoo Mail.

Nampaknya, Andrea Loubier merupakan perempuan yang sangat berperan dalam aktivitas interaksi yang jadi arus utama peradaban saat ini.

Perempuan terakhir adalah Vy Luu, Pelopor Gagasan, General Manager di Real Estate Webmaster.

Sesuai namanya, perusahaan ini bergerak web design, SEO, PPC & CRM untuk real estate dalam skala global.

Kawan Puan, tak ada alasan bagi perempuan untuk terus tertindas di tengah perkembangan teknologi.

Perempuan-perempuan yang telah diceritakan di atas, mampu menembus berbagai halangan yang diciptakan para patriarkis.

Karya mereka melegenda melampaui generasi.

Akankah perempuan tak hendak beranjak, tetap bertahan jadi penonton, di tengah lajunya perkembangan teknologi? (*)

Baca Juga: Strategi 'Cantik' Perempuan Mencapai Puncak Karier di Era Digital