Cegah AMR Jadi Silent Pandemic, Ini Teknologi yang Bisa Sembuhkan Luka Lebih Cepat

Alessandra Langit - Selasa, 29 November 2022
Virtual Media Briefing Inovasi Sorbact® Mencegah Resistansi Anti Mikroba (AMR) dalam Perawatan Luka.
Virtual Media Briefing Inovasi Sorbact® Mencegah Resistansi Anti Mikroba (AMR) dalam Perawatan Luka. Sorbact/Essity

Parapuan.co - Kawan Puan, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa Antimicrobial Resistance (AMR) adalah salah satu dari sepuluh ancaman kesehatan masyarakat di dunia.

AMR adalah kondisi ketika mikroorganisme seperti bakteri, virus, fungi dan parasit menjadi resisten atau kebal terhadap antimikroba.

Antimikroba biasanya berbentuk antibiotik, antivirus, antifungal, antiparasit yang seharusnya efektif untuk mencegah atau membunuh mikroorganisme tersebut. 

Di negara berkembang, AMR dapat menjadi penyebab 10 juta kematian per tahunnya di seluruh dunia pada tahun 2050.

"Kita tidak bisa menunggu. Masalah AMR perlu menjadi perhatian utama dan penting selain pandemi Covid-19," kata Gustavo Vega, Direktur Komersial Essity Indonesia, dalam acara media briefing, Selasa (29/11/2022).

Hasil survei Global Hygiene & Health Essity tahun 2022 terhadap lebih dari 15.000 orang di 15 negara di seluruh dunia menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat terkait bahaya AMR masih rendah.

Dalam pernyataan Kementerian Kesehatan yang dikutip pada situsnya, AMR saat ini bisa dikatakan sebagai pandemi senyap (silent pandemic) karena angka kematiannya cukup tinggi.

Pada 2030, diperkirakan penggunaan antibiotik di seluruh dunia akan meningkat sebesar 30 persen, bahkan semakin meningkat sebesar 200 persen jika AMR tidak ditangani dengan baik-baik.

Dr. Harry Parathon, Sp.OG (K), Ketua Pusat Resistansi Antimikroba Indonesia (PRAINDO) mengatakan resistansi antimikroba (AMR) terjadi ketika bakteri, virus, jamur, dan parasit berubah dari waktu ke waktu.

Baca Juga: Wajib Tahu! Ini Cara Melakukan Pertolongan Pertama untuk Luka Berdarah