Dr.  Firman Kurniawan S.

Pemerhati budaya dan komunikasi digital, pendiri LITEROS.org, dan penulis buku Digital Dilemma

Toxic Masculinity dan Pembagian Kerja Berbasis Gender dalam Keluarga

Dr. Firman Kurniawan S. Sabtu, 26 November 2022
Keluarga bisa lebih bahagia tanpa toxic masculinity dan pembagian peran yang rata antara suami istri - ayah ibu.
Keluarga bisa lebih bahagia tanpa toxic masculinity dan pembagian peran yang rata antara suami istri - ayah ibu. Stella_E

Tulisan ini merupakan pandangan pribadi dari penulis.

Sesuai judul opininya yang panjang, Sear khawatir bila pengasuhan anak-anak dan keluarga bertumpu sebatas pada perempuan, yang artinya hanya sedikit peran laki-laki, justru akan menimbulkan persoalan kesehatan yang merembet pada anak-anaknya, pada sang ibu sendiri, dan juga sang ayah pada akhirnya.

Ayah yang tak terlalu hadir dalam porsi pengasuhan ini, terjadi akibat waktunya telah tersita sebagai pencari nafkah keluarga.

Namun dalam kenyataannya, tentu berdasarkan data penelitian sejarah, peran laki-laki sebagai pencari nafkah bukanlah peran tradisonal yang berlaku secara universal.

Mitos yang membagi peran laki-laki sebagai penanggung jawab urusan publik, sedangkan perempuan sebagai pengurus domestik itulah yang jadi sumber munculnya persoalan kesehatan ini.

Baca Juga: Pembagian Peran dalam Keluarga Berawal dari Komunikasi dan Kesepakatan Bersama

Mengandaikan pengasuhan sebagai ekosistem ideal yang bertujuan memelihara kebahagiaan keluarga, termasuk yang bertujuan mengembangkan pertumbuhan fisik dan mental anak, tentu tak bisa hanya bertumpu pada salah satu gender.

Masing-masing gender berikut sistem pendukungnya, punya peran khas.

Hasilnya, jika hanya salah satu gender yang berperan maka akan menghadirkan permasalahan yang serius.

Urutan jalan berpikir di atas: adanya tuntutan tanggung jawab terhadap perempuan untuk memastikan anggota keluarga dalam keadaan baik-baik saja, memposisikan perempuan selalu waswas.

Ini menguras emosi, yang menghasilkan ketegangan bahkan depresi.