Dr.  Firman Kurniawan S.

Pemerhati budaya dan komunikasi digital, pendiri LITEROS.org, dan penulis buku Digital Dilemma

Toxic Masculinity dan Pembagian Kerja Berbasis Gender dalam Keluarga

Dr. Firman Kurniawan S. Sabtu, 26 November 2022
Keluarga bisa lebih bahagia tanpa toxic masculinity dan pembagian peran yang rata antara suami istri - ayah ibu.
Keluarga bisa lebih bahagia tanpa toxic masculinity dan pembagian peran yang rata antara suami istri - ayah ibu. Stella_E

Tulisan ini merupakan pandangan pribadi dari penulis.

Laki-laki sebaliknya, justru diizinkan bertindak reaksioner, secepat-cepatnya menyelesaikan persoalan. Jika tidak, dianggap lembek.

Semua rangkaian ini pada gilirannya membuka jalan bagi hadirnya dominasi tanpa dialog, dalam pembagian peran di keluarga.

Yang kemudian berlaku, laki-laki menyelesaikan urusan rasional dan publik. Sisanya, perempuan untuk urusan yang emosional dan domestik.

Menelusuri Asal Mula Pembagian Peran Laki-Laki dan Perempuan

Nampaknya, urusan pembagian kesenangan dan kerja yang didasarkan pada perbedaan gender ini, bukan monopoli manusia.

Beberapa hasil penelitian pada satwa, menunjukkan ada perbedaan pembagian jatah kesenangan maupun kerja, antara jantan dengan betina.

Frank Marlowe, 2002 lewat tulisannya "Hunting and Gathering: The Human Sexual Division of Foraging Labor", menceritakan hal itu.

Terdapat perbedaan jenis makanan yang dikonsumsi satwa jantan dibanding betina.

Pada satwa betina, perbedaan diikuti oleh adanya aktivitas berbagi makanan, bagi sesama maupun anak-anaknya.

Indikasi ini jadi petunjuk, satwa betina bertanggung jawab menjalankan peran pengasuhan di dalam organisasi keluarganya.