Jaring Ide Penelitian Kesehatan, Program Kolaboratif Indonesia MIRAH Kembali Digelar

Maharani Kusuma Daruwati - Sabtu, 12 November 2022
(ki-ka) dr. Aditiawarman, MPH, moderator dari Lembaga Riset IDI; drg. Ratu Mirah Afifah, GCClinDent., MDSc, Head of Professional Marketing Personal Care Unilever Indonesia; dr. Imran Pambudi, MPHM, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kementerian Kesehatan RI; dan Prof. Dr.dr
(ki-ka) dr. Aditiawarman, MPH, moderator dari Lembaga Riset IDI; drg. Ratu Mirah Afifah, GCClinDent., MDSc, Head of Professional Marketing Personal Care Unilever Indonesia; dr. Imran Pambudi, MPHM, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kementerian Kesehatan RI; dan Prof. Dr.dr Dok. Indonesia MIRAH

Pentingnya membangun minat riset dan penelitian khususnya di bidang kesehatan dipertegas oleh Prof. Dr. drh. NLP Indi Dharmayanti, M.Si, Kepala Organisasi Riset Kesehatan BRIN.

“Jumlah peneliti di Indonesia, khususnya terkait kesehatan masih tergolong rendah. Global Innovation Index menempatkan Indonesia di urutan ke 87 dari 132 negara.

"Padahal, kebutuhan akan riset dan inovasi di bidang kesehatan sangatlah dibutuhkan khususnya dalam membangun ketahanan sektor kesehatan pasca pandemi, mengingat berbagai kebijakan akan tepat diputuskan jika berlandaskan pada suatu penelitian,”  ungkap Prof. Indi.

Indonesia MIRAH merupakan inisiatif kolaboratif antara Unilever Indonesia bersama Lembaga Riset Ikatan Dokter Indonesia.

Acara ini bertujuan untuk mengembangkan iklim penelitian bagi praktisi dan akademisi kesehatan di Indonesia, sekaligus mendukung target transformasi kesehatan yang diusung pemerintah melalui Kementerian Kesehatan.

Marhaen Hardjo M. Biomed., PhD, Direktur Lembaga Riset Ikatan Dokter Indonesia menambahkan, tahun ini, program Indonesia MIRAH juga memberi kesempatan yang lebih luas kepada lebih banyak pihak, tidak hanya untuk dokter dan mahasiswa kedokteran, tapi juga dari bidang ilmu kesehatan lainnya.

"Kami sangat senang melihat antusiasme dari para peserta yang telah mengajukan proposal penelitian mereka - dimana tahun ini jumlah peserta meningkat hampir dua kali lipat dibanding tahun lalu (2021: 79 peserta, 2022: 152 peserta).

"Menariknya, proposal penelitian yang diajukan sangat beragam dan banyak diantaranya yang juga fokus pada pentingnya penerapan PHBS dalam upaya mencegah penularan berbagai penyakit berbahaya," ucap Marhaen.

"Beberapa ide penelitian di antaranya terkait edukasi mencuci tangan pada anak melalui storytelling, pemanfaatan sabun mandi tanpa bilas berbahan lidah buaya dan kemangi untuk mencegah infeksi di pengungsian, hingga pengaruh latihan submaksimal terhadap memori kerja orang dewasa yang sehat," tutupnya.

Baca Juga: 5 Mitos Kesehatan Anak, Dokter Spesialis Ungkap Fakta Sebenarnya

(*)

 

BERITA TERPOPULER WELLNESS: 4 Makanan Khas Cirebon hingga Harga Tiket Masuk Taman Safari Prigen 2024