Quiet Quitting, Fenomena Bekerja Secukupnya Sebagai Bentuk Perlawanan Hustle Culture

Aulia Firafiroh - Jumat, 2 September 2022
Mengenal Apa Itu Quiet Quitting
Mengenal Apa Itu Quiet Quitting solidcolours

“Jika tidak ada yang meminta Anda untuk berhenti, mengapa tidak melakukan lebih sedikit secara default dan lolos begitu saja?," papar Jaya Dass.

Dampak Buruk Sikap Quiet Quitting

Pattie Ehsaei, selaku pakar perilaku di tempat kerja asal Los Angeles ini, melihat sikap quiet quitting tidak baik bagi pencapaian karier.

"Quiet quitting adalah melakukan hal minimum yang diperlukan dari Anda di tempat kerja dan puas dengan keadaan biasa-biasa saja," kata Pattie Ehsaei.

Pasalnya, sikap tersebut akan membuat pekerjanya tidak bisa mendapatkan kemajuan karier dan gaji yang tinggi.

"Kemajuan dan kenaikan gaji akan diberikan kepada mereka yang tingkat usahanya menjamin kemajuan, dan melakukan yang paling minimum tentu saja tidak," tambahnya.

Hal yang sama juga disampaikan oleh Kelsey Wat yang merupakan seorang career coach.

Ia melihat perilaku ini bisa menghilangkan semangat terhadap pekerjaan yang dilakukan.

“Sebagian besar dari kita ingin bangga dengan pekerjaan yang kita lakukan dan kontribusi yang kita buat," ujar Kelsey Wat.

"Kita ingin melihat dampak kita dan merasa senang dengan hal itu. Quiet quitting tidak memungkinkan untuk itu,” tambahnya.

Kelsey Wat mengatakan jika kita bisa menetapkan batasan antara pekerjaan dengan kehidupan pribadi tanpa harus melakukan sikap quiet quitting.

Selain itu, konsultan HRD bernama Michael Timme, berpendapat jika quiet quitting bisa memicu konflik antar karyawan.

“Dari sudut pandang kantor, quiet quitting dapat menyebabkan konflik antar karyawan, karena beberapa karyawan akan merasa orang lain tidak memikul beban mereka,” ujar Michael Timme.

"Secara keseluruhan, ini dapat menjadi bumerang bagi karyawan dan juga dapat menciptakan gelombang karyawan yang tidak memadai dan terbelakang,” tambahnya.

Untuk itu, Michael Timme menyarankan agar pekerja muda memaksimalkan jam kerja di kantor agar work life balance. (*)

 

Sumber: kompas
Penulis:
Editor: Aulia Firafiroh