Satsuki Mishima, Salah Satu Pahlawan Perempuan di Balik Terlaksananya Proklamasi Indonesia 1945

Aulia Firafiroh - Rabu, 17 Agustus 2022

Parapuan.co- Di balik kemerdekaan Republik Indonesia, ternyata ada peran penting para perempuan di dalamnya.

Selain Ibu fatmawati, ada sosok pahlawan perempuan bernama Satsuki Mishima yang turut berjasa atas perumusan naskah proklamasi.

Satsuki Mishima adalah perempuan Jepang yang berprofesi sebagai seorang sekretaris sekaligus pembantu rumah tangga Laksmana Maeda.

Lantas mengapa ada orang Jepang seperti Laksamana Maeda dan Sasuki Mishima dipilih membantu kemerdekaan Indonesia? Berikut kisahnya untuk Kawan Puan!

Melansir Tribunnews.com, pada 16 Agustus 1945, Sukarno dan Hatta diculik oleh Soekarni Kartodiwirjo dan beberapa pemuda ke Rengasdengklok, Jawa Barat.

Ketika mendengar informasi tersebut, Achmad Subardjo yang bekerja di kantor penasihat angkatan darat Jepang mendapatkan langsung menuju ke Rengasdengklok.

Achmad Subardjo menuju ke Rengasdengklok untuk bernegosiasi agar Soekarno-Hatta bisa dibebeaskan.

Para pemuda kemudian bersedia membebaskan Soekarno-Hatta dengan syarat proklamasi harus segera diumumkan tanpa bantuan Jepang.

Malam harinya, Soekarno-Hatta kembali ke Jakarta untuk memverifikasi kekalahan Jepang di tangan sekutu.

Baca juga: Jadi Salah Satu Pahlawan Perempuan di Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Ini Peran Penting Fatmawati

Berkat koneksi Achmad Soebarjo, para tokoh bersembunyi di rumah Laksamana Tadashi Maeda, perwira penghubung Angkatan Laut Jepang di Jakarta.

Kemudian Maeda mengusulkan agar Soekarno, Hatta dan Achmad Soebarjo menemui Mayor Jenderal Moichiro Yamamoto, kepala staf Tentara Angkatan Darat ke-16 yang menjadi kepala pemerintahan militer Jepang di Hindia Belanda atau yang disebut Gunseikan.

Namun Yamamoto tidak menerima kedatangan Soekarno-Hatta yang diantar oleh Laksamana Maeda.

Ia justru memerintahkan Mayor Jenderal Otoshi Nishimura, Kepala Departemen Urusan Umum Pemerintahan Militer Jepang, untuk menerima kedatangan rombongan tersebut.

Namun sayangnya, kondisi berubah dan banyak syarat yang diajukan oleh Jenderal Nishimura.

Akhirnya muncul ide untuk menggunakan rumah Laksamana Muda Maeda sebagai lokasi persiapan kemerdekaan.

Rumah Laksamana Maeda dipilih karena berada di wilayah Angkatan Laut Jepang sehingga tentara Jepang tidak bisa memasuki sembarangan.

Pada (16/8/1945) pukul 22.00, Achmad Soebardjo, Soekarno dan Hatta meminta izin kepada Laksamana Maeda untuk menggunakan rumahnya sebagai lokasi persiapan kemerdekaan.

Usai Maeda mengizinkan, para pemuda berinisiatif menjemput anggota PPKI dari berbagai daerah.

Setelah proklamasi dibacakan, Laksamana Maeda harus menanggung konsekuensi berat lantaran mengizinkan rumahnya menjadi tempat perumusan naskah proklamasi.

Baca juga: Mengenal Siti Manggopoh, Pahlawan Perempuan yang Dijuluki Singa Betina dari Minang

Pada September 1945, Maeda dan stafnya, Shigetada Nishijima, ditangkap dan dimasukkan ke penjara Glodok dan rutan Salemba.

Laksmana Maeda dipaksa mengaku oleh Belanda untuk mengatakan jika Indonesia yakni negara buatan Jepang.

Keduanya tetap tidak mau mengakui dan terus disiksa.

Kemudian Laksmana Maeda dipulangkan ke Jepang dan mengundurkan diri dari angkatan laut Jepang menjadi rakyat biasa.

Laksmana Maeda hidup tanpa tunjangan pensiun.

Pada 17 Agustus 1977, Maeda diundang pemerintah Indonesia untuk menerima tanda kehormatan Bintang Jasa Nararya.

Di balik jasa Laksmana Maeda, ada sosok Satsuki Mishima yang merupakan sekretaris Laksamana Maeda.

Satsuki Mishima adalah satu-satunya perempuan Jepang yang ada di rumah Laksamana Maeda.

Dilansir dari Kompas.com, Satsuki Mishima juga berjasa atas terlaksananya Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 1945.

Satsuki Mishima meminjam mesin tik di kantor militer Jepang yang kemudian dipakai Sayuti Melik untuk mengetik naskah proklamasi. (*)

 

Sumber: tribunnew.com,kompas
Penulis:
Editor: Aulia Firafiroh