Apa Itu Crypto Winter, Fenomena yang Diduga Sebabkan Perusahaan Startup Gagal

Arintha Widya - Selasa, 14 Juni 2022
ilustrasi crypto winter
ilustrasi crypto winter guvendemir

Istilah crypto winter sendiri pertama kali digunakan pada 2018 ketika Bitcoin kehilangan 50 persen kapitalisasi pasar.

Pengalaman dari musim dingin sebelumnya, kejadian saat ini tak berbeda jauh dari apa yang terjadi di pasar uang konvensional.

Dalam jangka panjang, crypto winter akan berdampak pada perusahaan rintisan yang baru dijalankan.

Diungkap oleh pendiri dan CEO Uncommon, Jake Weiner menyebut bahwa musim dingin ini membuat banyak startup baru gagal.

Akan tetapi, justru menghadirkan peluang bagi perusahaan startup papan atas untuk semakin membuktikan produk mereka.

"Kami melihat banyak startup baru di seluruh industri selama setahun terakhir, dan banyak dari mereka akan gagal," kata Jake Weiner.

Menurutnya, di masa seperti sekarang akan sulit bagi perusahaan rintisan baru bersaing untuk mendapatkan pemodal utama.

Barangkali hal itulah yang menjadi penyebab sejumlah perusahaan startup di Tanah Air melakukan pengurangan jumlah karyawan.

Musim dingin yang dialami aset kripto turut berdampak pada sejumlah perusahaan startup, bahkan yang telah tumbuh dengan nama besar sekalipun.

Jake Weiner menyebut fenomena pemberhentian karyawan sebagai salah satu cara pemotongan anggaran karena sulitnya mendapatkan modal.

Jika benar demikian, bisa disimpulkan bahwa banyaknya perusahaan startup yang melakukan PHK besar-besaran salah satunya disebabkan merosotnya nilai kripto.

Bagaimana menurut Kawan Puan?

Baca Juga: Mata Uang Kripto Dilarang karena Tidak Memenuhi Syarat Ini, Apa Saja?

(*)

Sumber: Forbes
Penulis:
Editor: Linda Fitria