Mengungkap Sosok Perempuan dalam Relief Candi Borobudur, Ada Siapa?

Ericha Fernanda - Rabu, 8 Juni 2022
Relief pada Candi Borobudur.
Relief pada Candi Borobudur. Yamtono_Sardi

 

Parapuan.co - Candi Borobudur dinobatkan menjadi candi Buddha terbesar di dunia yang dibangun antara 780-840 Masehi pada masa Dinasti Sailendra.

Ada sekitar 2.672 panel relief berupa naratif dan dekoratif, serta 504 arca Buddha pada bangunan Candi Borobudur.

Berdasarkan relief, tempat ini berisi petunjuk agar manusia menjauhkan diri dari nafsu dunia dan menuju pencerahan dan kebijaksanaan menurut Buddha.

Sosok Perempuan dalam Relief Candi Borobudur

Relief pada Candi Borobudur merefleksikan inti ajaran Buddha, di mana dunia dibagi menjadi tingkatan hidup yaitu Kamadhatu (dunia keinginan), Rupadhatu (dunia nyata), dan Arupadhatu (dunia roh).

Berbicara tentang relief, perupa Dyan Anggraini lewat karyanya berupaya mengungkap sosok perempuan dalam relief Candi Borobudur.

Karya berupa seni rupa dan patung tersebut disandingkan dengan puisi karya penyair Landung Simatupang.

Bertajuk Perempuan (di) Borobudur, karya Dyan Anggraini dan Landung Simatupang dipamerkan di Gedung A Galeri Nasional Indonesia, pada 20 Februari 2018.

Dyan mencermati bahwa relief di Borobudur sesungguhnya menempatkan posisi perempuan sebagai sosok sentral, baik dalam wujud dan perannya.

Baca Juga: Hidden Gem Borobudur Ada 3 Zona, Kamadhatu Hingga Arupadhatu, Simak Penjelasannya

Tak hanya tentang fisik, Dyan memahami bahwa perempuan dalam relief Borobudur juga menjunjung tinggi nilai-nilai kebaikan.

"Tidak sekedar sosok perempuan, tetapi perempuan itu sangat lentur sebuah gambaran kasih sayang, sebuah kehalusan, nilai-nilai yang secara moral merupakan kebaikan yang secara terus-menerus dapat dijaga," tutur Dyan, mengutip Tribunnews.

Sosok-sosok perempuan tersebut dihadirkan dalam karya seni rupa Dyan, seperti Dewi Tara atau Dewi Welas Asih yang banyak terdapat dalam relief Candi Borobudur.

Ada pula perjalanan Ratu Maya melahirkan Sidartha Gautama di Taman Lumbini ketika dalam perjalanan menuju negeri asalnya.

Dyan melukis perjalanan Ratu Maya menggunakan lilin atau malam yang biasa digunakan untuk membatik.

Kolaborasi seni rupa dan sastra yang memakan waktu sampai lima tahun ini juga mengungkap sosok perempuan raksasa, yaitu Hariti.

Selain perempuan di Candi Borobudur, Landung juga menyebutkan sosok Hariti seorang raksasa perempuan dengan 500 anak yang juga kanibal.

"Namun, Hariti dapat pencerahan dan berubah menjadi lembut, penyayang, menjadi dewi kesuburan, biologis atau pun pertanian," jelas Landung.

Perubahan sosok Hariti ini, lanjut Landung, merupakan cerminan kelenturan perempuan untuk berubah peran.

Baca Juga: 5 Fakta Menarik Candi Borobudur, Tempat Perayaan Trisuci Waisak Nasional 2022

Perempuan di sekitar Candi Borobudur

Selain mengungkap sosok perempuan yang ada dalam relief, Dyan juga mencari tahu perempuan di sekitar candi yang bekerja sebagai perajin gerabah, tepatnya di Desa Klipoh.

Mengutip Kemdikbud.go.id, konon di Desa Klipoh bermukim para perempuan yang menyiapkan makanan untuk pekerja pembuat Borobudur berabad-abad lalu.

Hingga saat ini, Desa Klipoh masih ada dan sebagian besar para perempuan yang tinggal merupakan perajin gerabah yang sederhana.

"Kehidupannya sederhana, sangat tidak terpengaruh pariwisata yang menghasilkan banyak perputaran uang, ekonomi, tidak tersentuh dan mereka masih simple saja," jelas Dyan.

Landung pun setuju dengan Dyan. Saat riset langsung, mereka bertemu para perempuan pembuat gerabah secara tradisional di Desa Klipoh.

Mereka merasa kaget lantaran begitu kontras antara bisnis Borobudur yang menghasilkan banyak uang dibandingkan ibu-ibu di Desa Klipoh.

"Pekerjanya para perempuan, para ibu yang sudah cukup sepuh. Karena kami baru datang dari Borobudur yang penuh dengan glamor wisata itu, lalu datang ke desa itu, kami agak tercekat," papar Landung.

Sosok perempuan tersebut dihadirkan dalam lukisan Dyan, dengan latar di sekililingnya origami burung merpati yang terbuat dari uang kertas.

Lukisan perempuan di sekitar Candi Borobudur itu dapat ditafsirkan mereka tak tersentuh pesatnya wisata di Candi Borobudur.

Itu dia penjelasan tentang sosok perempuan dalam relief Candi Borobudur dan kehidupan sekitarnya ya, Kawan Puan.

Baca Juga: 4 Etika Wisata ke Candi Borobudur, Jangan Panjat dan Duduk di Stupa

 

Sumber: tribunnew.com,kemdikbud.go.id
Penulis:
Editor: Kinanti Nuke Mahardini

Banyak Tanggal Merah, Ini Daftar Festival Budaya Hong Kong dan Pertunjukan Kembang Api di Bulan Mei