Jumlah Fans Semakin Banyak, Ini Budaya Fandom selama Pandemi Covid-19 Menurut Riset HILL Asean

Alessandra Langit - Jumat, 20 Mei 2022
Budaya fandom di masa pandemi Covid-19 menurut riset
Budaya fandom di masa pandemi Covid-19 menurut riset Dok. Into The Fandom

Parapuan.co - Kawan Puan, di masa pandemi Covid-19 ini, masyarakat global banyak yang mencari hobi baru, salah satunya mendengarkan lagu Kpop.

Tak heran, penggemar Kpop di masa pandemi ini semakin bertambah dan membentuk kelompok penggemar atau fandom yang kuat.

Hakuhodo Institute of Life and Living ASEAN (HILL ASEAN) baru saja mengumumkan hasil risetnya terkait perkembangan fandom di masa pandemi.

Riset Into the Fandom – How Tribes of Fans will be the Next Power in Society? disampaikan melalui Forum HILL ASEAN ke-8 pada Kamis, (19/5/2022).

Penelitian dengan metode survei kuantitatif dan kualitatif ini dilakukan di 6 (enam) negara ASEAN dan Jepang.

Riset ini menganalisis lebih dalam terkait sikap dan perilaku dari masyarakat yang bergabung dalam fandom di masa pandemi Covid-19.

Hasil penelitian disampaikan langsung oleh Devi Attamimi, Institute Director, HILL ASEAN dan Executive Director Strategy, Hakuhodo International Indonesia.

Kehadiran fandom di ASEAN bukan hal yang baru, namun dengan kondisi pandemi Covid-19, jumlah orang yang mengikuti komunitas fandom meningkat secara signifikan.

Masyarakat menjadi lebih punya banyak waktu di rumah dan mencari cara yang paling memungkinkan untuk mengakses hal yang mereka sukai dan memenuhi afirmasi diri.

Baca Juga: Sering Dapat Stigma Negatif, Fandom Ternyata Bisa Bikin Penggemar Merasa Berharga

Di sisi lain, antusiasme terhadap fandom juga mengingatkan tentang berbagai tantangan sosial dan ekonomi yang telah mengakar di ASEAN.

Menurut riset HILL ASEAN, bagi masyarakat ASEAN, bergabung dalam fandom merupakan salah satu bentuk memenuhi kebutuhan.

Fandom dapat memenuhi kebutuhan untuk memiliki hubungan akrab dengan orang lain.

Selan itu, fandom dapat memenuhi kebutuhan seseorang untuk bersosialisasi dengan orang lain.

Penggemar idola tertentu secara aktif berinteraksi dan berbagi informasi di antara sesama anggota komunitas.

Sedangkan masyarakat Jepang menggunakan fandom untuk bersenang-senang dan mengatasi rasa kesepian atau stres.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek fandom yang paling banyak diikuti di ASEAN selama pandemi sesuai urutan adalah Kpop, game, dan memasak.

Secara khusus, urutan subjek fandom terbanyak di Indonesia adalah memasak, game, dan Kpop.

Selain itu, sekitar 83% masyarakat ASEAN juga mengakui mereka memiliki brand yang sangat disukai dan menjadi penggemar dari brand tersebut.

Baca Juga: Kesetaraan Hubungan Antara BTS dan ARMY Ciptakan Aktivisme Fandom

Alasannya antara lain karena kualitas produk atau layanan yang baik, adanya nilai emosional, dan didukung komunitas fandom yang tak terbatas.

"Kehadiran fandom dapat menjadi sebuah kesempatan dalam membuka peluang pasar," ungkap Irfan Ramli, CEO Hakuhodo International Indonesia.

Riset HILL ASEAN membuktikan bahwa pandemi Covid-19 berpengaruh besar terhadap perkembangan fandom di ASEAN dan Jepang.

Selain itu, riset ini juga mematahkan stigma bahwa budaya fandom hanya berlaku bagi penggemar Kpop.

Kelompok penggemar juga dapat diterapkan untuk brand maupun kegiatan lain seperti memasak.

Fandom sendiri dilihat sebagai bentuk masyarakat ideal atau utopia, dimana semua anggota sama sejajar dan tidak ada hierarki.

Dalam fandom, anggotanya berkomunikasi dengan bebas, tidak memandang usia, jenis kelamin, kebangsaan, maupun status ekonomi dan sosial.

Keragaman dan kesetaraan sungguh diwujudkan dalam komunitas ini sehingga terbentuk hubungan dan solidaritas yang murni tanpa untung atau rugi.

Apakah Kawan Puan termasuk fangirl yang bergabung dalam fandom di masa pandemi Covid-19?

Baca Juga: Dianggap Remaja Labil hingga Diremehkan, Berikut Anggapan Salah Mengenai Seorang Fangirl

(*)