Cerita Ni Ketut Putri Minangsari Soal Potret dan Stigma Profesi Penari Tradisional di Indonesia

Aulia Firafiroh - Jumat, 29 April 2022
Ni Ketut Putri Minangsari- Profesi Penari Tradisional Bali
Ni Ketut Putri Minangsari- Profesi Penari Tradisional Bali Parapuan

"Banyak maestro-maestro tari yang di masa tua akhirnya tidak terurus dan sakit. Harapan saya, berita-berita seperti itu bisa sampai ke telinga pemerintah." 

"Sebagai guru tari, saya berharap suatu hari nanti, murid-murid yang saya ajarkan bisa terus melestarikan tarian tradisional seperti Legong ke generasi selanjutnya saat saya sudah tidak bisa menari lagi."

"Dulu ada sekitar puluhan penari Legong, sekarang hanya selusin orang yang menari Legong," cerita Putri panjang lebar soal profesi penari saat ini.

Putri mengaku sedih melihat potret profesi penari tradisional yang seiring perkembangan jaman sering dilupakan keberadaannya.

"Saya suka sedih melihat pertunjukan tari tradisional seperti Reog Ponorogo, di cut habis-habisan karena pakai pecut. Itu menyedihkan. Kemudian mereka tidak punya panggung dan akhirnya cuma jadi display sekejap. Hal seperti itu yang sudah tidak dipedulikan oleh orang-orang di kota besar," cerita Putri.

Putri juga miris dengan stigma 'kampungan' yang disematkan pada penari tradisional.

"Apalagi sekarang orang lebih suka mempelajari tari internasional seperti latin, karena lebih banyak ditampilkan di tempat-tempat prestisius seperti kafe, hotel, dan tempat-tempat dingin lainnya. Berbeda dengan tari tradisional yang masih kerap dianggap kampungan," lanjutnya.

Tak hanya itu, sebagai seorang perempuan yang berprofesi sebagai seorang penari, Putri kerap mendapatkan stigma. 

"Stigma profesi penari lebih dirasakan oleh anak-anak saya karena memiliki ibu penari yang selalu dianggap lifestylenya serba bebas dan hura-hura. Dan dianggapnya, seniman itu kelewat santai. Membiarkan anak-anaknya itu liar, karena ibunya dianggap juga liar," ujar ibu dua anak ini.

Namun stigma negatif yang disematkan kepada dirinya, tidak menyurutkan semangat Putri untuk menjadi seorang penari tradisional.

"Hal itu memicu saya untuk membuat imaji diri yang lebih anggun. Hal itu juga saya pelajari dari guru saya yang juga seorang penari yang juga berprofesi sebagai dokter," jelas Putri. (*)

Sumber: kompas.id
Penulis:
Editor: Aulia Firafiroh