Cerita Utari Octavianty, Bangun Aruna Demi Tingkatkan Kesejahteraan Nelayan Indonesia

Ardela Nabila - Sabtu, 19 Maret 2022
Utari Octavianty, Co-Founder dan Chief Sustainability Officer Aruna.
Utari Octavianty, Co-Founder dan Chief Sustainability Officer Aruna. Dok. Instagram @utarioctavianty

Parapuan.co - Lahir dan besar di desa nelayan yang berlokasi di Balikpapan, Kalimantan Timur, Utari Octavianty telah termotivasi untuk mengubah hidup orang di sekitarnya sejak kecil.

Dalam acara peringatan Hari Perempuan Internasional bertajuk The Power of Women in Nature yang diadakan oleh Generation Girl beberapa waktu lalu, perempuan kelahiran 23 Oktober 1993 itu menceritakan kisah di balik Aruna.

Aruna sendiri merupakan sebuah startup teknologi perikanan yang merevolusi ekosistem perdagangan hasil laut dengan teknologi yang didirikan pada tahun 2016.

Dalam acara tersebut, Utari menceritakan bagaimana ia dan dua rekan lainnya, yakni Farid Naufal Aslam dan Indraka Fadhilillah, membangun Aruna lantaran melihat bagaimana nelayan memiliki kontribusi besar dalam ekspor Indonesia, namun tidak memiliki hidup yang sejahtera.

Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), 70 persen dari kemiskinan di Indonesia berasal dari masyarakat yang tinggal di pesisir, yakni para nelayan dan keluarganya.

“Dari situ barulah kita memutuskan untuk create Aruna ini. Tapi di Aruna sendiri kita bukan cuma fokus pada create sesuatu di bidang teknologi, tapi gimana caranya kita fokus pada orang-orang yang ada di dalamnya dan juga masalah planet,” ujar Utari Octavianty.

Bertekad ingin mengubah kehidupan warga desa pesisir sejak masih sekolah

Kekhawatirannya terhadap masalah lingkungan sendiri telah ada sejak ia masih duduk di bangku sekolah, di mana buku mata pelajarannya kala itu menunjukkan bahwa desa tempatnya tinggal masuk ke dalam salah satu desa ‘terkotor’.

“Di buku itu jelas-jelas yang terpampang adalah desa tempat saya dan banyak anak pesisir tinggal. Dari data itu juga menunjukkan kalau banyak banget desa pesisir lain di seluruh Indonesia yang disebut dengan daerah yang menjadi tempat sampah,” ceritanya.

Baca Juga: Daliana Suryawinata, Arsitek Perempuan Indonesia yang Masuk Daftar Architizer A+A Awards

Sumber: Liputan
Penulis:
Editor: Aulia Firafiroh