Sejarah Cheongsam, Pakaian Tradisional Cina yang Identik dengan Tahun Baru Imlek

Ardela Nabila - Selasa, 1 Februari 2022
Sejarah cheongsam.
Sejarah cheongsam. eggeeggjiew

Parapuan.co - Di momen tahun baru Imlek setiap tahunnya, Kawan Puan mungkin sering melihat mereka yang merayakan hari istimewa ini mengenakan busana khas cheongsam.

Selain mendekorasi rumah dan menyediakan berbagai makanan khas, memakai cheongsam di perayaan tahun baru Imlek juga menjadi tradisi yang menjadi ciri khas.

Busana tradisional bernama cheongsam atau qipao yang sering dipakai oleh perempuan Tionghoa di tahun baru Imlek merupakan close-fitting dress yang pertama kali muncul pada tahun 1920 di Shanghai.

Pakaian ikonik khas Tiongkok ini mencerminkan perempuan Cina modern di abad ke-20.

Melansir The Culture Trip, sejarah cheongsam dimulai dengan penggulingan dinasti Qing dan berdirinya Republik Tiongkok pada tahun 1912.

Pada pertengahan tahun 1910-an dan awal 1920-an, para intelektual Cina mulai memberontak melawan nilai-nilai tradisional.

Sebaliknya mereka menyerukan masyarakat yang demokratis serta egaliter berdasarkan standar Barat, termasuk emansipasi dan pendidikan perempuan.

Pengikatan kaki, yang merupakan praktik menyakitkan mengikat kaki perempuan muda untuk mencegah pertumbuhan mereka, menjadi dilarang di masa itu.

Seiring dengan diizinkannya perempuan untuk menempuh pendidikan di tahun 1920-an sebagai guru dan mahasiswa, mereka mulai meninggalkan pakaian tradisional di masa lalu dan mengadopsi pakaian dengan bentuk awal cheongsam.

Baca Juga: Serba Merah, Ini Inspirasi Gaya Sambut Imlek di Tahun Macan Air

Awalnya, kehadiran cheongsam terinspirasi dari pakaian laki-laki androgini yang disebut dengan changpao.

Shanghai, kota yang semarak dengan populasi besar orang asing, menjadi saksi dari perubahan mode busana tradisional Tiongkok ini.

Model cheongsam yang dipengaruhi oleh gaya berpakaian dinasti Qing.
Model cheongsam yang dipengaruhi oleh gaya berpakaian dinasti Qing. Wikipedia

Di awal tahun 1920-an, cheongsam memiliki potongan yang lebih longgar daripada cheongsam saat ini, dengan lengan panjang dan lebar.

Cheongsam saat itu menjadi pakaian biasa perempuan urban di kota-kota metropolitan, seperti Beijing, Shanghai, Hong Kong, dan Taiwan.

Seiring dengan berkembangnya industri garmen, sutra tradisional diganti dengan tekstil kontemporer yang lebih murah.

Dalam hal desain, motif bunga bordir tradisional tetap menjadi favorit, namun ada pula pola geometris dan art deco yang tak kalah populer.

Sepanjang tahun 1930-an dan 1940-an, cheongsam ikut mengalami perubahan dengan menonjolkan feminitas dan seksualitas perempuan urban Tionghoa.

Dress tersebut kemudian memiliki potongan yang pas dan memeluk tubuh, dengan beberapa desain berani yang menampilkan belahan samping yang mencapai paha.

Baca Juga: Jelang Imlek, Ini 5 Inspirasi Outfit Pakai Cheongsam untuk Tampil Stand Out

Biasanya, cheongsam di tahun 1930-an dan 1940-an dipadupadankan dengan high heels.

Selain itu, banyak perempuan yang bereksperimen dengan desain cheongsam, misalnya dengan merancang bentuk kerah yang berbeda, lengan yang lebih pendek, atau bahkan tanpa lengan.

Namun, tak lama setelah munculnya pemerintahan Komunis, cheongsam yang dianggap borjuis tak lagi dipakai di kehidupan sehari-hari masyarakat Tiongkok.

Bahkan di Shanghai yang menjadi tempat kelahiran cheongsam, berbagai jalan dipatroli untuk memastikan tak ada lagi orang yang mengenakan pakaian modis.

Ideologi egaliter yang dianut oleh Komunis membuat perempuan Tionghoa mengadopsi pakaian yang mirip dengan laki-laki, yakni jaket dan celana panjang.

Kendati demikian, popularitas cheongsam masih terus berlanjut di Hong Kong yang saat itu sedang dijajah oleh Inggris, di mana cheongsam menjadi pakaian sehari-hari di tahun 1950-an.

Di bawah pengaruh mode dari Eropa, cheongsam di tahun 1950-an di Hong Kong sering kali dipadupadankan dengan high heels, clutch kulit, dan sarung tangan putih.

Di akhir tahun 60-an, popularitas cheongsam mulai menurun karena digantikan oleh gaya berpakaian ala perempuan Eropa, yakni dengan gaun, blouse, dan setelan.

Baca Juga: 5 Tips Mix and Match Fashion Item untuk Tampil Modis saat Imlek

Produksi besar-besaran pakaian Barat menjadikannya dijual dengan harga yang jauh lebih murah daripada cheongsam yang dibuat handmade.

Kemudian, di tahun 1970-an, cheongsam tak lagi dipakai dalam keseharian perempuan Hong Kong. 

Walaupun begitu, busana tradisional Tiongkok ini tetap menjadi busana ikonik dalam sejarah mode perempuan Tionghoa.

Kini, cheongsam pun masih dipakai dalam berbagai acara penting masyarakat Tiongkok, seperti acara pernikahan, kenegaraan, hingga konten kecantikan.

Tak hanya itu saja, cheongsam juga merambah menjadi busana seragam pramugari, hotel, hingga berbagai restoran Tiongkok. (*)

Sumber: The Culture Trip
Penulis:
Editor: Citra Narada Putri