Puan Talks: Mengenal Perbedaan Postpartum Depression dan Baby Blues

Ratu Monita - Jumat, 21 Januari 2022
Perbedaan postpartum dan baby blues yang dialami perempuan setelah melahirkan.
Perbedaan postpartum dan baby blues yang dialami perempuan setelah melahirkan. FatCamera

Parapuan.co - Kehadiran buah hati dalam keluarga tentu saja akan membawa banyak perubahan. 

Pasangan suami-istri pun akan memiliki peran menjadi orang tua baru, serta menjadi sosok ayah dan ibu bagi si kecil yang baru lahir. 

Hal ini sering kali membuat para perempuan merasa cemas, bingung, bahkan depresi saat memiliki peran baru sebagai ibu. 

Belum lagi kebiasaan-kebiasaan baru yang sebelumnya tidak dialami namun saat menjadi ibu baru, hal tersebut harus mulai dibiasakan. 

Kondisi ini sebagian orang alami dan disebut sebagai baby blues syndrome. 

Namun, ada pula sebagian perempuan mengalami kondisi lebih parah yang disebut dengan postpartum depression

Kondisi ini juga dialami oleh Ashtra Dymach, seorang PPD (Postpartum Depression) survivor yang kini berprofesi sebagai doula.

Pengalaman tersebut ia bagikan dalam Puan Talks melalui live instragram pada Kamis (20/1/2022). 

"Setelah melahirkan, punya new born, bangun-bangun malam, kehilangan pekerjaan sebagai wartawan, sebagai ibu bekerja, merasa eksistensiku hilang, dan akhirnya merasa kehilangan diriku sendiri," ungkapnya.

Baca Juga: Baby Blues Syndrome, Ini 7 Cara Mencegah Depresi setelah Melahirkan

Setelah itu, Ashtra pun mencari tahu apa yang terjadi dengan dirinya, dan ternyata ia mengalami postpartum depression (PPD).

Mengutip dari laman Women's Health, postpartum depression adalah kondisi mental yang memengaruhi perilaku serta kesehatan fisik, di mana seseorang mengalami depresi, sedih, hampa tidak kunjung hilang, serta merasa tidak terhubung dengan bayi.

Bahkan, dalam kondisi tersebut seseorang merasa seolah-olah ia bukan ibu dari bayi tersebut, atau mungkin tidak menyayangi atau merawat bayinya.

Sebagian orang menganggap kondisi ini sama seperti baby blues syndrome, tapi anggapan itu tidak benar. 

Dalam kesempatan tersebut Ashtra juga menjelaskan perbedaan kondisi yang dialaminya dengan baby blues.

"Beda postpartum depression dan baby blues adalah PPD merasa tidak bisa mengurus anak dengan baik dan tidak bisa menjadi ibu yang baik, serta baby blues hanya berlangsung sekitar 14 hari setelah melahirkan," jelasnya.

Ia juga mengungkap bahwa kondisi depresi ini hanya dialami oleh 20% perempuan, jadi belum setelah perempuan melahirkan maka ia akan mengalami depresi.

Lebih lanjut lagi, melansir dari laman WebMD terdapat beberapa perbedaan lainnya antara baby blues dan postpartum depression

Baca Juga: Tak Cuma Ibu, Ayah Baru Juga Bisa Mengalami Baby Blues, Ini Penyebabnya

Adapun hal yang membedakan dua kondisi tersebut adalah gejalanya, perempuan baby blues akan mengalami mood swing, di mana ia bisa merasa bangga menjadi ibu namun beberapa menit kemudian beranggapan ia tidak mampu mengerjakan tugas itu.

Selain itu, perempuan baby blues juga mudah tersinggung, kewalahan, dan cemas.

Sementara, perempuan yang mengalami postpartum depression merasa putus asa, sedih, tidak berharga, dan sering menangis.

Lebih dari itu, ia juga merasa tidak memiliki keterikatan dengan bayinya, bahkan ia juga bisa mengalami anxiety dan panic attack.

Cara mengobati postpartum depression 

Masih dalam kesempatan yang sama, Ashtra juga menceritakan perjalanannya dalam mengatasi postpartum depression yang dialaminya.

Ashtra menyampaikan, saat mengalami kondisi tersebut, ia pun mencari teman dan mencari bantuan. 

"Cara bangkitnya adalah dengan mencari teman, cari bantuan, gimana ya, apa yang aku rasakan," ungkapnya.

Tak hanya itu, dalam proses mengatasi PPD tersebut, ia juga mengedukasi pasangan dan orang-orang di sekitarnya mengenai kondisi yang dialaminya.

"Aku edukasi ke pasanganku, orang-orang sekitarku, dan akhirnya aku didukung, lalu perjalanan PPD akhirnya menjadi lebih baik," pungkasnya. 

Dalam artian, saat berada di kondisi tersebut, hal yang dibutuhkan agar proses penyembuhan berjalan dengan mudah adalah adanya dukungan dari pasangan dan orang-orang terdekat. (*)

Baca Juga: Penting! Begini Caranya Menjaga Kesehatan Mental Ibu Selama Masa Kehamilan

Sumber: WebMD,Women's Health
Penulis:
Editor: Dinia Adrianjara