Uti Rahardjo, Perempuan Hebat di Balik Buku Kunci Bertahan dalam Tekuni Bisnis Kreatif

Kinanti Nuke Mahardini - Rabu, 12 Januari 2022
Sosok inspiratif Uti Rahardjo
Sosok inspiratif Uti Rahardjo dokumen pribadi

Baca Juga: Ini Syarat Peserta dan Sekolah yang Bisa Mendaftar SNMPTN 2022

Salah satu buktinya, kendati mengaku sebagai bagian dari generasi digital vs generasi analog, namun Uti dan timnya juga didukung oleh mereka yang mulai memahami ranah digital dengan sejumlah aplikasinya.

Mereka dapat membuktikan jika CCI ternyata bisa bertahan di tengah situasi yang sangat kompetitif, dengan kemampuan anak muda dengan digital  mindset-nya. 

Memiliki jiwa yang rendah hati sebagai warisan budaya dari para leluhurnya, Uti mengatakan bahwa menjalankan bisnis itu bukan merancang sesuatu secara sempurna, melainkan mengalir saja sebagai suatu proses.

Business is not science, not art, but practice, demikian jelas praktisi bisnis kreatif yang ingin membagikan pengalamannya dalam berbisnis kepada para generasi milenial, melalui goresan penanya dalam buku ini. 

Kendali Bisnis Melampaui Masa

Dalam derap waktu, Uti merasa menjadi generasi yang beruntung, menyaksikan dan memegang kendali bisnis melampaui masa di tahun 2000, di mana peran internet, komputer serta teknologi digital belum secangggih seperti saat ini. 

”Dengan modal pernah bekerja di berbagai perusahaan advertising selama lebih dari 10 tahun itu, saya memulai pendirian perusahaan Creative Center setelah menang penawaran tender salah satu perusahaan perbankan asing di Indonesia.”

Mengaku banyak disupport oleh sejumlah sahabatnya, Uti ternyata memiiki asset knowledge yang cukup berharga, sampai para klien menaruh kepercayaan (trust) yang besar, sehingga kerjasama dengan mereka bisa berlangsung sampai bertahun-tahun, jelas pencinta batik yang gemar bermain piano ini. Kecintaannya pada musik, mungkin mengasah intuisi dan empathy secara lebih baik dalam berbisnis.

By having the empathy saya juga mencoba leading the team dengan mengatakan kita harus memahami kebutuhan mereka (klien), karena mereka juga dihadapkan pada tantangan kompetisi yang tinggi.  

Jadi, ethos kerja yang dibangun adalah problem solving (menyelesaikan masalah). Setelah saya belajar tentang creativity, ternyata creativity juga pada dasarnya bertujuan menjadi problem solving, “ papar Uti. 

Akhirnya sebagai “seorang dirigen” dirinya mampu menampilkan orkestra yang apik, sehingga sejumlah klien menaruh rasa percaya terhadap kapabilitas yang mumpuni pada diri Uti.

Dirinya menjadi terbiasa untuk bekerja secara sangat cepat, mematuhi tenggat waktu yang ekstra ketat, untuk menghasilkan pekerjaan output yang sempurna. 

“Tim kami itu digojlok oleh para klien melalui pembentukan gugus tugas (task force) yang sangat taktis, guna menjawab kebutuhan pasar. Dengan orientasi melayani (served)  pada permintaan pasar yang sangat ketat, maka tim kami terlatih dengan tetap bekerja secara profesional. 

Kuncinya adalah “tidak pernah mengatakan tidak bisa” kepada klien, karena  pada dasarnya kita tidak pernah tahu, mana yang benar-benar kita tidak bisa lakukan sebelum kita mencoba.

Di situlah yang kemungkinan membuat CCI mampu survive dalam 21 tahun ini, mencoba dulu apapun tantangan yang ada di depan mata.”

(*)

Baca Juga: Segera Persiapkan Diri, Perhatikan Ini Agar Bisa Lolos Kartu Prakerja Gelombang 23