Review Film Radioactive: Sisi Lain Perjuangan Marie Curie di Dunia Sains yang Maskulin

Firdhayanti - Sabtu, 18 Desember 2021
Review film Radioactive yang mengisahkan perjuangan ilmuwan perempuan Marie Curie di dunia sains.
Review film Radioactive yang mengisahkan perjuangan ilmuwan perempuan Marie Curie di dunia sains. hai.grid.id

Parapuan.co - Industri sinema kembali menghadirkan film yang didasarkan pada tokoh-tokoh inspiratif di dunia. 

Salah satunya adalah film biopik ilmuwan perempuan berpengaruh di dunia, Marie Curie, berjudul Radioactive

Marie Curie sendiri merupakan sosok ilmuwan perempuan peraih Penghargaan Nobel untuk dua bidang.

Marie merupakan penemu dan peraih Penghargaan Nobel perempuan pertama di dunia, sekaligus profesor perempuan pertama di Universitas Sorbonne, Paris, Prancis. 

Film Radioactive yang disutradarai oleh Marjane Satrapi ini menarik, sebab mengungkap sisi lain kisah hidup Marie Curie.

Baca Juga: Sinopsis Film Radioactive, Kisah Marie Curie Ilmuwan Perempuan Berpengaruh di Dunia

Radioactive mengungkap bagaimana Marie Curie sebagai seorang ilmuwan perempuan melawan maskulinitas yang amat kental di dunia sains zaman dulu.

Pada hari Rabu, (15/12/2021), PARAPUAN berkesempatan untuk menyaksikan special screening film Radioactive di Kota Kasablanka, Jakarta. 

Adegan film Radioactive diawali oleh Marie Sklodowska-Curie (Rosamund Pike), ilmuwan perempuan berbasis di Prancis yang tengah dilarikan ke rumah sakit. 

Saat itu, Marie mengajak penonton untuk melihat bagaimana dunia sains yang selama ini ia geluti.

Melalui ingatannya, Marie membawa kita pada cerita utama yang menjadi isu utama dalam film Radioactive.

Di masa hidupnya, ilmuwan dunia sains kebanyakan dari kalangan laki-laki. Hal ini lantas memengaruhi kiprah Marie di dunia sains. 

Berada di tengah maskulinitas, Marie berusaha bertahan untuk menggapai mimpinya.

Di saat yang sama, Marie lantas bertemu dengan Pierre Curie (Sam Riley).

Saat itu, Pierre menawarkan sebuah laboratorium dimana mereka bisa berbagi tempat untuk melakukan eksperimen.

Marie awalnya sempat menolak, akan tetapi akhirnya mereka bereksperimen bersama.

Menghabiskan waktu bersama, terdapat benih-benih cinta antara Marie dan Pierre. Keduanya menikah pada tahun 1800-an.

Dalam eksperimennya, Marie Curie menemukan polonium dan radium bersama Pierre.

Tak hanya itu, Marie juga menemukan teori radioaktivitas yang menjadi hal baru di dunia fisika dan kimia pada saat itu.

Dalam kehidupan keluarga Marie dan Pierre, mereka dikaruniai dua anak perempuan, yaitu Irene dan Eve. 

Baca Juga: Review Film Yuni, Perempuan dan Mimpi di Tengah Belenggu Sistem Patriarki

Melalui film ini, kita dapat menjumpai bagaimana seorang perempuan berjuang melawan maskulinitas yang terjadi di lingkungannya. 

Hal itu terlihat dari dana penelitian yang tak didapatkan oleh Marie Curie karena ia adalah seorang perempuan. 

Terlebih lagi saat penghargaan Nobel hanya mengakui Pierre atas proyek yang dilakukan mereka berdua.

Selain itu, disini Marie tak selalu diceritakan memiliki kepribadian yang kuat dan keras. 

Sebagai perempuan, sisi feminin dan lembut Marie juga dimunculkan. 

Tak hanya bersikap praktis dan mengandalkan logika, Marie juga bisa merasakan jatuh cinta, marah, dan sedih. 

Karakter Marie juga digambarkan lebih humanis yang tak terlepas dari kesalahan. 

Sebagai pasangan suami-istri, Marie dan Pierre digambarkan sebagai pasangan yang setara.

Karakter Pierre digambarkan sebagai laki-laki yang mendukung kiprah Marie di dunia sains. 

Saat pidato penghargaan Nobel, Pierre bahkan membicarakan Marie dan pekerjaannya. 

Secara garis besar, film ini menggambarkan perjuangan Marie untuk diakui sebagai perempuan di dunia sains yang menginspirasi banyak perempuan untuk menggapai mimpinya. 

Baca Juga: Film A World Without: Masa Depan dan Perempuan Tak Pernah Bisa Dipisahkan

(*)

Penulis:
Editor: Rizka Rachmania