Belajar Mengubah Patah Hati jadi Karya Seni seperti Adele dan Taylor Swift

Tim Parapuan - Selasa, 7 Desember 2021
Mengubah patah hati menjadi karya seni seperti Adele dan Taylor Swift
Mengubah patah hati menjadi karya seni seperti Adele dan Taylor Swift Edwin Tan/Getty Images

Parapuan.co – Kawan Puan, beberapa waktu lalu Adele dan Taylor Swift sukses merilis dua lagu yang terinspirasi dari kisah patah hati mereka, yaitu Easy on Me dan All Too Well.

Seperti diketahui, patah hati merupakan rasa sakit yang bisa menjangkiti siapa saja—laki-laki, perempuan, tua, muda, siapa pun.

Setiap orang punya cara masing-masing untuk melampiaskan kesedihan, dengan menangis, marah, atau menutup-nutupi dan bersikap seolah baik-baik saja.

Untuk beberapa orang, segala perasaan yang berkecamuk itu bahkan bisa diungkapkan ke dalam sebuah karya seni, misalnya puisi, prosa, lukisan, atau lagu.

Namun, bagaimana mengubah rasa sakit menjadi sebuah karya seni sehingga kesedihan tidak melulu diratapi, tetapi juga bisa dinikmati?

Baca Juga: Tanpa Perlu jadi Detektif, Ini 3 Trik Memecahkan Masalah ala Sherlock Holmes

Kawan Puan bisa mengetahuinya di buku Remedies for the Broken.

Remedies for the Broken merupakan antologi puisi berbahasa Inggris karya Leony Jardine.

Tiap baitnya mewakili cerita yang tidak kenal putus asa. Karena ternyata, semua perasaan sedih maupun senang, dirasakan oleh kita semua manusia.

Kadang, kita yang terlalu pandai berpura-pura seakan semuanya baik-baik saja. Padahal, seperti luka-luka pada tubuh, luka-luka di hati juga semestinya diobati.

Meski awalnya enggan berbagi cerita, Leony Jardine akhirnya memberanikan diri untuk menerbitkan antologi puisinya lewat penerbit Bhuana Sastra.

Harapannya buku ini dapat menjadi suara yang selama ini dicari, juga obat bagi siapa pun yang membutuhkannya.

Remedies for the Broken karya Leony Jardine
Remedies for the Broken karya Leony Jardine Dok. Bhuana Sastra

Antologi puisi ini dipersembahkan dalam empat bagian cerita. Dimulai dari “Fracture”, yang berisi momen-momen kala sakit dan hancur.

Berlanjut ke babak “Diagnose”, yaitu ketika kita mencoba memahami apa yang sebenarnya terjadi pada diri sendiri.

Lalu mengambil langkah untuk berusaha sembuh yang terangkum dalam babak “Prescription Pills”. Hingga menemukan penawar dari pahitnya kehidupan dalam “Life Antidote.”

Buku ini sedikit banyak memberikan kenyataan bahwa hidup terasa tidak adil. Namun kita tidak pernah berjuang sendiri.

Kesedihan, ketakutan, dan kegagalan masa lalu tak letih menghantui. Hanya kita yang dapat melepaskan diri kita sendiri dengan belajar mencintai dan menyayangi diri kita sendiri.

Kawan Puan bisa memulai menerima hidup sebagaimana adanya. Mulailah mencari apa yang membuat kita bahagia.

Dengan penyampaian yang begitu memesona, semua proses dari rasa sakit hati hingga penyembuhannya akan membuat pembacanya terhanyut, seolah ikut merasakan pedih dan perihnya.

Foto-foto di dalam buku—yang juga merupakan jepretan langsung dari Leony Jardine—diharapkan bisa menjadi sahabat yang akan menemani kesunyianmu, juga memberikan peluk untuk tangismu.

Baca Juga: Pentingnya Mencari Tahu Kekuatan Diri, Salah Satunya Hidup Bebas Stres

Setelah berbagai sakit hati dilalui, rasanya sungguh tidak berlebihan jika seseorang mengucapkan terima kasih dan berbangga pada diri sendiri, karena tidak menyerah, karena bisa bertahan hingga mencapai titik sejauh ini.

Selain itu, Kawan Puan bisa membaca blurb buku ini melalui tautan berikut ini.

Untuk Kawan Puan yang sedang dan telah berjuang, sebuah kalimat pembuka dari Remedies for the Broken ini mungkin akan sedikit menenangkan. “To myself, I am proud you have come this far.”


Ditulis oleh Ani Syahara dan Leony Jardine.

Penulis:
Editor: Arintya