Tak Cuma Ibu, Ayah Baru Juga Bisa Mengalami Baby Blues, Ini Penyebabnya

Maharani Kusuma Daruwati - Jumat, 19 November 2021
Baby blues pada ayah
Baby blues pada ayah paulaphoto

Parapuan.co - Depresi pascapersalinan tidak hanya dialami para ibu.

Tingkat depresi di antara ayah baru serupa dengan yang dialami ibu baru, dan lebih banyak yang harus dilakukan untuk membantu para pria ini.

"Penelitian terbaru menunjukkan bahwa sekitar 10 persen ayah baru mengalami depresi pascamelahirkan, dan hingga 18 persen memiliki beberapa jenis gangguan kecemasan ," kata Dan Singley, dari Center for Men's Excellence di San Diego, seperti dikutip dari WebMD.

Pria cenderung tidak mencari layanan kesehatan mental selama periode ini, jadi ada kurangnya perhatian ilmiah terhadap kelompok rentan ini, Singley menambahkan.

Depresi pasca melahirkan ini termasuk juga dengan adanya baby blues yang dirasakan oleh ayah.

Faktor-faktor yang dapat memicu kecemasan dan "baby blues" pada ayah baru termasuk kurang tidur, kelelahan, waktu jauh dari pekerjaan, konflik peran gender dan kekhawatiran tentang menjadi orang tua yang baik, kata psikolog.

Baca Juga: Baby Blues Syndrome, Ini 7 Cara Mencegah Depresi setelah Melahirkan

Ayah baru dan calon ayah harus diperiksa untuk tanda-tanda depresi.

"Namun, mengidentifikasi depresi pada pria dapat menjadi tantangan karena mereka dapat memiliki gejala yang berbeda dari perempuan," kata Rosenquist, dari Pusat Psikologi Kesehatan Seksual dan Reproduksi di Cary, NC.

"Perempuan lebih cenderung melaporkan perasaan sedih dan sering menangis, sedangkan pria lebih cenderung merasa mudah tersinggung dan terputus secara sosial," katanya.

Singley menyebutkan bahwa satu hal yang dapat membantu pria menghindari depresi pasca melahirkan adalah dukungan dari teman.

"Ayah yang memelihara jaringan dukungan sosial yang solid mengalami penyangga dari konflik dan tuntutan yang terkait dengan pengasuhan," katanya.

Mengutip dari Tabloid Nakita via Kompas.com, berikut ini beberapa penyebab baby blues pada ayah.

1. Merasa diabaikan

Hadirnya si Kecil kerap membuat suami terabaikan.

Sang istri yang semula selalu memberi perhatian kepadanya kini lebih fokus kepada bayi.

Komunikasi yang sebelumnya sering dilakukan, kini lebih jarang.

Masih banyak aktivitas yang dulunya masih bisa dijalankan berdua, kini tersisihkan karena kehadiran si Kecil.

Kalau suami tidak bisa menerima kondisi ini, cemburu, kesal, kecewa, inilah yang dinamakan baby blues.

2. Tak siap merawat bayi

Merawat bayi memang tak selalu mudah.

Banyak suami yang menyerah karena merasa tak mampu melakukannya.

Padahal, dalam kondisi tertentu, mau tidak mau suami harus berperan aktif merawat bayi.

Bayi yang kerap bangun malam dan sulit ditenangkan, membuat suami stres.

Inilah yang membuatnya mengalami baby blues.

Baca Juga: Jangan Panik! Ini 5 Tips Atasi Baby Blues Bagi Ibu Pasca Melahirkan

3. Tak siap biaya

Pada kondisi tertentu, butuh biaya lebih besar untuk persalinan hingga perawatan bayi pascamelahirkan.

Misalnya, tanpa diduga istri yang semula bisa melahirkan normal harus menjalani operasi Caesar, sementara biaya persalinan tidak disiapkan untuk kondisi ini.

Atau bayi lahir prematur sehingga membutuhkan perawatan khusus dengan biaya tinggi.

Termasuk bayi yang mengalami kelainan sehingga butuh perawatan dengan biaya lebih besar.

Ketidaksiapan akan membuat beban suami lebih berat, sehingga ia merasa tertekan.

Karena harus menyiapkan dana di luar dugaan sebelumnya, belum lagi keperluan lainnya juga memerlukan banyak biaya.

4. Masalah dalam keluarga

Kehadiran bayi seharusnya menambah kebahagiaan dalam keluarga.

Sebab, kehadiran si kecil merupakan anugerah yang luar biasa, mengingat tidak setiap orang bisa mendapatkannya.

Namun, pada beberapa keluarga bisa menjadi tambahan beban tersendiri.

Contohnya, pernikahan yang tidak diinginkan seperti perjodohan, hubungan yang kurang harmonis, pernikahan yang tidak direstui, perselingkuhan, dan sebagainya.

Stres yang sudah muncul akibat hal di atas bisa bertambah dengan kelahiran bayi.

Baby blues pada ayah lebih disebabkan oleh masalah mental.

Artinya, ia belum siap menjadi ayah.

Baca Juga: Apa Peran Ayah Bagi Tumbuh Kembang Mental Anak? Ini Penjelasannya

Namun hal ini bisa dicegah, dengan menyiapkan mental menjadi ayah ketika pasangan berikrar menjalani rumah tangga.

Sebelum memutuskan menikah, calon suami harus tahu konsekuensi yang dihadapinya, terutama jika kehamilan terjadi dan si kecil lahir.

Selain itu, pemikiran bahwa hanya istri yang berkewajiban mengurus semua perawatan bayi juga perlu dikoreksi.

Suami harus bisa berbagi peran dengan istri dalam mengurus bayi.

Ia perlu belajar banyak hal dalam mengurus dan merawatnya. Tak kalah penting persiapan biaya.

Biaya persalinan dan perawatan bayi seusai melahirkan harus direncanakan dengan baik, termasuk dengan memperhitungkan berbagai kemungkinan yang bisa saja terjadi.

Sehingga calon ayah bisa mengumpulkan dana jauh-jauh hari.

(*)

 

Sumber: Kompas.com,Tabloid Nakita,WebMD
Penulis:
Editor: Maharani Kusuma Daruwati