Cerita Dayu Hatmanti Tuba Falopinya Diangkat, Apa itu Salpingektomi?

Anna Maria Anggita - Selasa, 19 Oktober 2021
Dayu Hatmanti kisahkan tuba falopinya diangkat
Dayu Hatmanti kisahkan tuba falopinya diangkat Instagram Dayu Hatmanti

Parapuan.co - Kawan Puan, harus diketahui bahwa salah satu organ reproduksi perempuan yang berperan besar dalam proses kehamilan adalah tuba falopi.

Sebab tuba falopi berperan sebagai tempat terjadinya fertilisasi, di mana setelah sel telur matang, ia akan melewati tuba falopi.

Perlu diketahui juga bahwa di sepanjang tuba falopi terdapat rambut-rambut getar atau cilla yang fungsinya adalah mendorong atau mempermudah jalannya zigot hasil pembuahan.

Karena perannya yang penting, maka diketahui orang yang tuba falopinya diangkat itu memiliki kesempatan kecil untuk memiliki anak.

Baca Juga: Kesehatan Seksual dan Reproduksi Perempuan, Ini Cara Tepat Bersihkan Organ Kewanitaan

Dalam beberapa kasus, perlu Kawan Puan ketahui bahwa ada perempuan yang memang tuba falopinya diangkat, seperti yang dialami oleh Dayu Hatmanti.

Dayu Hatmanti yang merupakan seorang guru renang bayi dan content creator, yang dulunya juga seorang traveller, membagikan kisahnya pada PARAPUAN melalui Podcast #CeritaParapuan Episode 12 Part 3 tentang pengangkatan tuba falopinya ketika hamil kedua.

"Ketika tubanya (tuba falopi) itu diangkat satu kaya kenapa sih, apa salah aku, aku tuh udah persiapin ini secara matang, pingin dia (janin yang dikandungnya) lahir dengan penuh suka cita gitu," ucap Dayu.

Dayu mengisahkan bahwa ia mempersiapkan kehamilan keduanya secara matang, seperti mengonsumsi makanan sehat.

Namun, takdir berkata berbeda, ketika Dayu memeriksakan diri ke dokter, ia mengetahui bahwa satu tubanya harus diangkat.

"Karena satu tuba diangkat kemungkinan untuk hamil berikutnya memang akan jauh berkurang kan, karena bukan hanya masalah kehilangan janin, tapi kehilangan kesempatan itu yang bikin aku shock banget," kisah Dayu.

Dilansir dari Healthline, pengangkatan tuba falopi seperti yang dialami oleh Dayu ini memiliki istilah medis yaitu salpingektomi.

Baca Juga: Jaga Imunitas, Perhatikan Faktor Berikut Ini Sebelum Minum Vitamin C

Apa itu Salpingektomi?

Salpingektomi adalah operasi pengangkatan satu (sepihak) atau kedua (bilateral) saluran tuba. 

Salpingektomi ini kemungkinan dilakukan oleh dokter apabila terjadi kondisi seperti:

  • kehamilan ektopik
  • sebuah tuba falopi tersumbat
  • tuba falopi pecah
  • infeksi
  • kanker tuba falopi

Meski begitu, diketahui kanker tuba falopi jarang terjadi, tetapi lebih sering terjadi pada perempuan yang membawa mutasi gen BRCA .

Pasalnya, ketika gen BRCA mengalami kerusakan mutasi, hal itu dapat mengarah pada pengembangan payudara dan kanker ovarium yang diturunkan.

 Bagaimana prosedur salpingektomi?

Sebelum operasi dimulai, dokter akan memberikan anestesi, selanjutnya jik dokter pun akan mulai membedah dengan membuat sayatan beberapa inci di bagian bawah perut.

Operasi ini disebut dengan operasi laparoskopi yang dilakukan dengan anestesi lokal.

Laparoskopi menggunakan laparoskop yang menggunakan alat panjang dengan lampu dan kamera diujungnya, sehingga tuba falopi dapat dilihat.

Selanjutnya akan dimasukkan alat lain untuk melepaskan tuba falopi, lalu setelah alat keluar, maka sayatan tadi akan ditutup.

Setelah menjalani operasi laparoskopi kemungkinan Kawan Puan akan merasakan berbagai gejala seperti:

  • mengalami demam dan menggigil
  • mengalami rasa sakit atau mual yang memburuk
  • keluarnya cairan, kemerahan, atau bengkak di sekitar sayatan
  • mengalami pendarahan vagina berat yang tak terduga
  • tidak bisa mengosongkan kandung kemihmu

Baca Juga: Cara Merawat Diri Setelah Menjalani Operasi Caesar, Bumil Harus Tahu!

Kalau Kawan Puan mengalami efek samping di atas, sebaiknya segera bicarakan kepada dokter ya.

Hal lain yang perlu diketahui pula yakni pemulihan setiap orang setelah salpingektomi itu berbeda-beda.

Tetapi, secara umum, kamu dapat mengharapkan pemulihan penuh dalam tiga hingga enam minggu setelah operasi perut atau dua hingga empat minggu setelah laparoskopi.

(*)

Usia Sampai Gaya Hidup Jadi Faktor Risiko Pneumonia pada Orang Dewasa