Film A World Without: Masa Depan dan Perempuan Tak Pernah Bisa Dipisahkan

Alessandra Langit - Sabtu, 16 Oktober 2021
Ulasan film A World Without karya Nia Dinata
Ulasan film A World Without karya Nia Dinata Netflix

Ulfah tidak merasa terbeban dengan tekanan tersebut namun ia harus merasakan pahitnya rumah tangga yang dijalin tanpa konsen dua belah pihak dan di usia yang masih belia.

Pernikahan dan hubungan seksual non konsensual juga menjadi sorotan beban masa depan perempuan hanya karena kita memiliki rahim yang dapat memproduksi generasi masa depan.

Ulfah digambarkan sebagai perempuan yang lebih konservatif dari Salina atau Tara, menjadi representasi perempuan Indonesia di wilayah yang jauh dari kota besar dan modernitas.

Pernikahan non konsensual menjadi makanan sehari-hari yang terkadang mereka hanya bisa menerima dengan pasrah, seakan keputusan tersebut adalah definisi masa depan untuk mereka.

Kesetaraan lain yang dengan apik digambarkan oleh Nia Dinata adalah peran Hafiz (Jerome Kurnia), laki-laki muda yang juga merasakan beban masa depan karena tekanan lingkungan organisasi The Light.

Baca Juga: 5 Alasan Wajib Nonton A World Without yang Tayang di Netflix Hari Ini

Nia Dinata mematahkan narasi toxic masculinity yang menuntut laki-laki untuk menjadi dominan, superior, dan tidak bisa merasakan emosi.

Karakter Hafiz mendorong plot cerita tanpa mendominasi perspektif perempuan dalam film ini.

Hafiz juga ikut menyumbangkan banyak emosi dan kerapuhan laki-laki yang jarang tergambarkan lewat film-film di Indonesia.

Pada akhirnya, ketiga karakter perempuan tersebut tumbuh dengan kesadaran bahwa mereka bisa bebas untuk bermimpi.

Perempuan bisa mendefinisikan masa depannya sendiri dan menemukan jalan yang ingin kita tempuh tanpa disetir oleh tekanan sosial dan kewajiban yang seksis.