Atasi Masalah Kesehatan Mental, Ketahui Ini Tahapan Saat Konsultasi ke Psikolog

Maharani Kusuma Daruwati - Senin, 11 Oktober 2021
Tahapan konsultasi psikologi
Tahapan konsultasi psikologi PeopleImages

Parapuan.co - Kesehatan mental menjadi salah satu hal yang perlu diperhatikan juga.

Pasalnya, ketika kita memiliki gangguan mental hal ini juga akan berpengaruh pada kehidupan sehari-hari.

Berbagai masalah yang dihadapi sehari-hari bisa jadi pemicu Kawan Puan mengalami masalah pada kesehatan mental.

Seperti halnya merasa stres dan tertekan. 

Terlalu banyak pikiran juga bisa membuat kira merasa stres bahkan menjadi depresi.

Baca Juga: Jaga Kesehatan Mental dengan Layanan Konseling Online, Ini Rekomendasinya

Namun, kita terkadang mengabaikannya dan menganggapnya tak penting.

Tak sedikit orang yang merasa bahwa pergi ke psikolog adalah hal yang tidak penting, atau mungkin justru dianggap memalukan.

Pasalnya, muncul stigma ketika kita mengunjungi psikolog atau psikiater berarti kita adalah orang yang tidak waras.

Padahal hal ini tidak sepenuhnya benar. Bahkan penting untuk menemui psikolog ketika kita memang membutuhkannya.

Akan tetapi hal ini tetap membuat Kawan Puan merasa ragu untuk pergi ke psikolog.

Terkadang rasa ragu ini muncul karena kamu belum tahu benar bagaimana proses bantuan yang akan kamu terima saat pergi ke psikolog.

Mengutip dari Tabloid Nova Edisi 1644, psikolog klinis dewasa dari Personal Growth, Linda Setiawati, M.Psi. menjelaskan, untuk menangani rasa ragu itu kita perlu tahu apa saja tahapan yang akan kita lalui saat sudah mantap untuk mendapatkan konsultasi psikologi ini.

Tahap konsultasi psikologi

Perlu diketahui, bahwa setiap psikolog memiliki tahapan tersendiri saat melakukan konsultasi.

Bahkan mungkin ada pula perbedaan tajapan antara psikolog yang berpraktik di rumah, psikolog di klinik, dan di rumah sakit.

Meski begitu, secara umum tahapan konsultasi psikologi ini pun serupa.

Linda pun kemudian menjelaskan gambaran umum tahapan konsultasi psikologi.

Saat pertama kali datang ke psikolog, biasanya akan dimulai dengan assessment, yakni proses pengumpulan informasi dan data.

“Jadi, kita punya tools psikologi yang akan membantu kita untuk mengonfirmasi, orangnya kayak gimana, kemudian kalau keluhannya depresi, maka kita cek lagi apakah benar memenuhi kriteria diagnosis depresi atau enggak. Kita sudah punya kamusnya,” jelas Linda.

Untuk menentukan diagnosis ini ternyata juga tidak sesederhana tes lalu bisa langsung tahu dan keluar hasilnya lo, Kawan Puan.

Baca Juga: Psikolog Klinis Ungkap 3 Alasan Mengapa Seseorang Melakukan Self Harm

Terkadang psikolog mempunyai hipotesa yang perlu dikonfirmasi melalui beberapa sesi konsultasi.

Sebab, tak jarang terdapat gejala yang serupa tapi tak sama sehingga diagnosisnya pun berbeda.

Sehingga, untuk tindakan lebih lanjut dalam hal ini dilakukanlah sesi konsultasi.

Caranya beragam, tapi yang paling lazim dilakukan adalah dengan “ngobrol”.

Tapi mengobrol yang dimaksud bukan hanya basa-basi dan mengobrol biasa ya, Kawan Puan.

“Ngobrol adalah bentuk observasi yang juga jadi tools kami. Jadi saat ngobrol itu ada yang digali sama psikolognya. Enggak asal ngobrol, enggak asal dengerin," ungkap Linda.

"Walaupun ngikutin flow-nya pasien. Kami belajar untuk “ngobrol” itu, ditambah dengan observasi, jadi tahu kira-kira kondisi dan mood-nya dibandingkan dengan sebelumnya gimana,” tambahnya.

Jika sudah ada hipotesis dan diagnosisnya sudah terkonfirmasi, maka akan dibuat rancangan terapi yang tepat.

Lalu, setelah rancangan sesi selesai dijalankan maka akan berlanjut ke tahap evaluasi.

Evaluasi ini berfungsi menentukan apakah pasien butuh penanganan lanjutan atau tidak.

Terakhir adalah terminasi, yakni tahapan akhir yang menyatakan proses konstultasi dan terapi antara psikolog dengan pasien sudah selesai.

Lalu kapan waktu yang tepat untuk kamu berkonsultasi ke psikolog?

Menurut Linda, seseorang membutuhkan bantuan penangan psikolog ketika terjadi gangguan dalam menjalani kesehariannya.

“Pastinya kalau sudah ada yang aneh-aneh, dalam arti perilakunya. Misal yang tadinya senang ngapa-ngapain jadi menarik diri.

"Dalam hal emosi, merasa overwhelmed, enggak bisa dan sulit menjalankan aktivitas sehari-hari, kemudian merasa ada kecemasan berlebih atau bahkan sudah melakukan hal-hal yang menyakitkan dan membahayakan bagi dirinya sendiri maupun orang lain atau dirasakan ada perubahan atau masalah dalam relasi sosial. Misal, dalam keluarga, pasangan, atau pertemanan,” terang Linda.

Baca Juga: 5 Cara Ajak Teman dengan Masalah Kesehatan Mental untuk Konsultasi ke Psikolog

Tapi tak perlu mendapat gangguan dulu, baru kamu mencari pertolongan.

Dalam kondisi sehat pun Kawan Puan juga bisa dan perlu ke psikolog untuk kesehatan mentalmu.

Kawan Puan juga bisa menemui psikolog jika merasa memiliki masalah yang tak bisa dihadapi sendiri.

Tak harus menunggu merasa stes dan terjadi perubahan perilaku dulu.

“Bisa enggak sampai seberat tadi, misalnya ketika kita menghadapi masalah yang sudah enggak bisa dihadapi sendiri lagi," ujar Linda.

(*)

Sumber: Tabloid Nova
Penulis:
Editor: Maharani Kusuma Daruwati