10 Film Sutradara Perempuan Asia di Program Spesial Busan International Film Festival

Alessandra Langit - Jumat, 8 Oktober 2021
Film Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak ditayangkan di BIFF
Film Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak ditayangkan di BIFF IMDb

Parapuan.co - Salah satu festival film bergengsi di dunia, Busan International Film Festival (BIFF) ke-26 sudah dimulai.

Festival ini akan fokus pada pemutaran dan program offline di tengah pandemi Covid-19 yang berkepanjangan.

BIFF mengutamakan tema besar yaitu berbaur dan berinteraksi dengan sesama pencinta film di dunia tanpa batas.

Ada sebanyak 223 film dari 70 negara diundang untuk diputar pada acara tahun ini di 29 layar di 6 bioskop.

Pada tahun ini, BIFF menghadirkan program baru yang dirasa penting sebagai apresiasi terhadap para pembuat film perempuan di Asia.

Program bertajuk Wonder Women Movies menampilkan sepuluh film dari sutradara perempuan terbaik di berbagai negara di Asia.

Baca Juga: Keren! Film Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak Masuk Program Spesial Perempuan di Busan

Sutradara perempuan Indonesia, Mouly Surya, pun dipilih bersama dengan karyanya Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak.

Bagi Kawan Puan yang penasaran dengan karya-karya terbaik dari sutradara perempuan Asia, yuk kita simak daftar filmnya.

1. Salaam Bombay! (Mira Nair, India)

Film ini mengisahkan tentang Krishna yang tiba di kota Bombay dan tinggal bersama sekelompok anak jalanan.

Di sisi lain kota utama nan mewah di India ini, ada realitas kemiskinan anak-anak jalanan, rumah bordil, dan pengedar narkoba yang sibuk menjalani hidup mereka tanpa masa depan.

2. Blackboards (Samira Makhmalbaf, Iran)

Sebuah film tentang diaspora Kurdi dalam ketiadaan pemerintahan negara, Blackboards adalah film panjang pertama yang membangkitkan minat global terhadap Perang Iran-Irak.

Papan tulis melambangkan pengetahuan umat manusia yang akan membawa orang keluar dari kemiskinan dan memberi mereka hak.

3. A Simple Life (Ann Hui, Hong Kong, China)

Roger seorang produser film sederhana tetapi memiliki selera yang bagus, berkat Ah Tao yang telah menjadi pembantu rumah tangga untuk keluarganya selama lebih dari 60 tahun.

Bagi Roger dan saudara-saudaranya, Ah Tao mirip dengan ibu tiri. Ketika Ah Tao menderita stroke, dia pensiun dan pindah ke panti jompo.

4. The Murmuring (Byun Youngjoo, Korea)

The Murmuring adalah film pertama yang mengangkat isu perempuan penghibur militer Jepang, yang tidak pernah dibahas secara resmi selama hampir 50 tahun.

Baca Juga: Sinopsis dan Fakta Heaven: To the Land of Happiness, Film Pembuka BIFF 2021

Memecah kesunyian soal masalah kekerasan seksual dan seksisme yang pernah dialami, para perempuan penyintas akhirnya menyuarakan penderitaan mereka.

5. Suzaku (Kawase Naomi, Japan)

Suzaku adalah sebuah elegi untuk pembubaran bertahap keluarga dan kehidupan di desa terpencil.

Ketika krisis ekonomi melanda sebuah desa pegunungan kecil, banyak orang pergi dan pembangunan terowongan kereta api yang menghubungkan desa ke kota dihentikan.

Film ini menggambarkan kehidupan sehari-hari di desa yang berangsur-angsur kehilangan penduduknya.

6. The Day I Became a Woman (Marzieh Meshkini, Iran)

Hava yang berusia sembilan tahun diberi tahu bahwa dia tidak diizinkan pergi ke luar atau bergaul dengan anak laki-laki karena dia adalah seorang perempuan.

Film ini adalah gambaran parameter kehidupan yang diperbolehkan bagi perempuan dalam masyarakat Iran yang dibatasi secara sempit.

7. Take Care of My Cat (Jeong Jae-eun, Korea)

Film ini tentang Lima sahabat lulusan SMK di Incheon memiliki beban masing-masing.

Sementara Hae-joo, Tae-hee, dan kembar Cina-Korea Bi-ryu dan Ohn-jo menjalani hidup mereka sebagai karyawan di perusahaan, Ji -young berada dalam situasi yang lebih putus asa.

Ia kehilangan pekerjaannya dan tinggal bersama kakek-neneknya yang sakit di sebuah rumah jompo.

8. Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak (Mouly Surya, Indonesia)

Sutradara Mouly Surya mengambil latar belakang pemandangan indah Pulau Sumba, Indonesia, untuk melengkapi narasi tentang perempuan yang kuat dan tidak bisa dihancurkan.

Baca Juga: Film Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak: Simbol Perjuangan Perempuan Demi Kebebasan

Sebagai seorang perempuan yang hidup sendiri, Marlina menghadapi ancaman kekerasan seksual, sementara polisi dan pihak berwenang tidak melakukan apa-apa terhadap kekerasan terhadap perempuan.

9. Capernaum (Nadine Labaki, Lebanon)

Film ini menceritakan tentang seorang anak kecil yang kabur ketika saudara perempuannya dijual kepada tuan tanah mereka setelah menstruasi pertamanya. 

Zain melarikan diri dari rumah dan bertemu Rahil, seorang imigran ilegal dari Ethiopia dengan seorang putra berusia satu tahun bernama Yonas.

10. Wadjda (Haifaa Al-Mansour, Saudi Arabia)

Film ini menceritakan Wadjda, gadis 10 tahun yang menginginkan sepeda dan memutuskan untuk mengikuti lomba membaca Alquran dengan hadiah 1000 riyal.

Melalui perjuangan Wadjda untuk memiliki sepeda, film ini mengungkap realitas perempuan Arab Saudi yang dilarang untuk berkendara. (*)

Sumber: biff.kr
Penulis:
Editor: Rizka Rachmania