10 Tanda Kekerasan pada Perempuan Secara Emosional dalam Hubungan

Ratu Monita - Jumat, 24 September 2021
Tanda kekerasan pada perempuan secara emosional
Tanda kekerasan pada perempuan secara emosional PonyWang

Tanda Kekerasan Emosional

Kekerasan secara emosional ini biasanya terjadi saat dalam hubungan terdapat salah satu di antaranya yang berlaku dominan bahkan berupaya mengendalikan yang lainnya. 

Benton mengungkap untuk menilai perilaku pasangan termasuk kekerasan pada perempuan emosional terdapat tanda yang bisa mendefinisikannya seperti yang disebutkan oleh Dr. John Gottman dari The Gottman Institute, dilansir dari laman Brides.

1. Kontrol 

Dalam hal ini, tanpa disadari pasangan telah terlalu banyak ikut campur dalah kehidupan sosial kamu dengan mengawasi rutinitas sehari-hari.

Lebih dari itu, kamu pun kehilangan kebebasan atas pilihan hidup yang sudah sewajarnya kamu yang menentukan.

2. Berteriak

Menormalisasi saat pasangan meninggikan suara, padahal perilaku tersebut tidak sepatutnya dilakukan.

Apalagi, jika pasangan melakukannya saat ia tau kamu ketakutan.

Teriakan tidak hanya membuat percakapan yang produktif menjadi hampir mustahil, tetapi juga menciptakan ketidakseimbangan kekuatan, karena hanya orang yang suaranya paling keras yang terdengar.

Baca Juga: Pemicu Terjadinya Kekerasan pada Perempuan dalam Rumah Tangga

3. Penghinaan

Ketika salah satu pasangan merasa jijik terhadap yang lain, tentu akan tidak mudah bagi yang lainnya untuk mengungkapkan perasaan mereka. 

Benton mencatat bahwa dalam hubungan yang sehat, tentu pasangan akan mendengarkan dan menghormati apapun yang kamu lakukan, termasuk suatu hal yang mungkin mereka tidak bisa berikan. 

Namun, jika pasangan justru menanggapi kebutuhan kamu dengan ungkapan yang kasar, arogan, bahkan jijik, maka hal ini tergolong penghinaan dan tindakan tersebut termasuk perilaku kasar pada perempuan.

4. Berlaku Defensif secara Berlebihan

Mungkin kamu menjumpai pasangan kamu terus berlaku defensif, hal ini tentu saja tidak wajar. 

Dalam hubungan, penting untuk kedua belah pihak bisa berbicara secara terbuka dan jujur dengan satu sama lain untuk menyelesaikan masalah. 

Karena, perilaku defensif yang berlebihan, kata Benton, akan membuat kamu merasa berada dalam pertempuran di mana perisai selalu berada di atas.

5. Ancaman

Untuk bagian ini tentu Kawan Puan sudah memahaminya, beragam bentuk ancaman yang dilakukan oleh pasangan maka tergolong sebagai tindak kekerasan.

Seperti, pernyataan koersif "jika, maka" dapat mencakup pemerasan, ancaman cedera fisik atau bunuh diri, atau pernyataan mengintimidasi lainnya.

Ungkapan tersebut disampaikan dengan tujuan yakni untuk memojokkan korban, termasuk sebagai upaya untuk mencegah korban pergi.

 

Sumber: Brides
Penulis:
Editor: Tentry Yudvi Dian Utami