Dianggap Remaja Labil hingga Diremehkan, Berikut Anggapan Salah Mengenai Seorang Fangirl

Rizka Rachmania - Minggu, 1 Agustus 2021
Ilustrasi untuk anggapan negatif mengenai fangirl yang kerap dilontarkan oleh orang awam.
Ilustrasi untuk anggapan negatif mengenai fangirl yang kerap dilontarkan oleh orang awam. UnitoneVector

Parapuan.co - Menjadi seorang fangirl atau perempuan penggemar kerap dipandang negatif.

Orang mengira, fangirl adalah seorang remaja perempuan labil dengan kepribadian obsesif, sering histeris, dan menggunakan waktu hanya untuk idolanya.

Padahal fangirl lebih dari sekadar itu. Fangirl bisa juga mereka yang tergabung dalam sebuah fandom, melakukan kegiatan amal, berdonasi, menggalang dana, melakukan proyek penyelamatan lingkungan, hingga melek isu politik terkini.

Menjadi fangirl juga termasuk cara seseorang mencari hiburan, terlebih di masa pandemi yang membatasi ruang gerak.

Baca Juga: Mayoritasnya Perempuan, Komunitas BTS ARMY Indonesia Hadapi Komentar Bias Gender

Konten K-Pop, entah itu musik, drama, film, hingga variety show adalah hiburan menarik di situasi sekarang.

Maka, tidak ada yang salah dengan menjadi fangirl jika itu untuk membahagiakan dirinya sendiri dan tidak merugikan orang lain.

Tidak juga semua fangirl itu seorang remaja muda yang tidak tahu apa-apa dan hanya tahu cara mengidolakan idolanya.

Ada di antara fangirl itu yang seorang perempuan dewasa, punya pekerjaan, punya pemikiran yang matang, dan bisa melakukan kegiatan fangirling dengan sehat.

Sehingga sudah seharusnya, stigma negatif dan pandangan miring mengenai fangirl berikut ini dihapuskan.

1. Fangirl adalah remaja berusia 13 tahun

Siapapun bisa memutuskan untuk menjadi seorang fangirl, maka tidak ada jaminan bahwa semua fangirl adalah remaja perempuan berusia 13 tahun.

Bisa jadi fangirl itu adalah perempuan dewasa yang sudah bekerja, mahasiswa, atau bahkan ibu rumah tangga hingga perempuan yang sudah menginjak usia senja.

2. Histeris dan agresif

Tidak semua fangirl punya kelakuan negatif seperti histeris saat melihat idolanya secara langsung, agresif ingin berada di dekat idolanya, atau bahkan melakukan tindak kriminal seperti menguntit.

Sekarang ini sudah banyak fangirl yang well-educated serta tahu bagaimana cara menjadi seorang penggemar yang tidak berlebihan, menghormati privasi idola, serta mengidolakan dengan sewajarnya saja.

Baca Juga: Komunitas BTS ARMY: Ruang Aman bagi Keberagaman dan Perwujudan Globalisasi Sesungguhnya

3. Tidak punya kehidupan di dunia nyata

Orang banyak mengira bahwa fangirl hanya menghabiskan waktunya di depan layar memandangi idolanya.

Padahal, ada banyak sekali fangirl yang bisa membedakan kehidupan nyata dan maya.

Para fangirl juga sudah cerdas membagi waktu untuk menyelesaikan pekerjaan atau urusan di dunia nyata, baru kemudian menggunakan waktu luang dan santai untuk melihat idolanya.

4. Fangirl hanyalah perempuan

Hanya karena ada kata 'girl' dalam kata 'fangirl' maka orang dengan mudahnya menganggap bahwa mereka semuanya adalah perempuan.

Padahal ada juga seorang laki-laki (disebut sebagai fanboy) dan juga seorang non biner.

Maka anggapan bahwa fangirl adalah perempuan sebaiknya mulai dihilangkan, sebab kita perlu menghargai siapa saja untuk menjadi fans dari seorang idola, tanpa harus mendefinisikan gender mereka.

Baca Juga: Lawan Stigma Negatif Fandom K-Pop, BTS ARMY Help Center Kampanyekan Pentingnya Kesehatan Mental

5. Suka buang-buang uang

Fangirl sering dicap buang-buang uang karena mereka kerap membeli merchandise atau album idolanya.

Padahal, anggapan buang-buang ini berbeda untuk setiap orang.

Bagi fangirl, membeli pernak-pernik dan album dari idolanya adalah bentuk apresiasi atas karya musisi atau artis yang diidolakan.

Itu juga bentuk dukungan fangirl kepada idolanya.

Sama seperti suporter bola yang membeli jersey atau sepatu hasil kolaborasi brand dengan idolanya.

Kalau Kawan Puan adalah seorang fangirl, stigma negatif apa yang kerap kamu kamu dengar dari orang lain? Yuk, kita saling cerita! (*)

Sumber: Bustle
Penulis:
Editor: Rizka Rachmania