Film I, Tonya: Saat Bakat dan Ambisi Tak Cukup untuk Bawa Atlet Tonya Harding ke Olimpiade

Alessandra Langit - Jumat, 30 Juli 2021
Margot Robbie sebagai Tonya Harding dalam film I, Tonya.
Margot Robbie sebagai Tonya Harding dalam film I, Tonya. IMDb

Sepanjang hidupnya, Tonya Harding selalu menjadi korban tindak kekerasan dalam rumah tangga oleh ibunya dan juga suaminya sendiri.

Tonya juga tidak pernah memiliki orang-orang yang sepenuhnya memberikan dukungan kepadanya.

Sedari kecil, Tonya dieksploitasi oleh ibunya sendiri dan selalu diberi tekanan untuk menjadi yang terbaik, prestasi kecil dan kegagalan tidak ada di kamus hidup ibunya.

Tonya bahkan tidak boleh melanjutkan sekolah karena dipaksa untuk latihan delapan jam setiap harinya oleh sang ibu.

Tumbuh tanpa dukungan dan cinta yang tulus membuat kondisi mental Tonya memburuk seiring bertambahnya usia.

Ditambah tekanan dan ekspektasi dari banyak pihak, membuat Tonya tidak pernah memiliki waktu untuk memikirkan dirinya sendiri.

Baca Juga: Film Little Miss Sumo: Mengulik Kisah Hiyori Kon Pesumo Perempuan Amatir dari Jepang

Di lapangan es yang dikelilingi penonton, Tonya adalah bintang yang bersinar. Namun di ruang ganti, Tonya adalah seseorang yang rapuh dengan gejala depresi.

Sutradara Craig Gillespie berhasil membawa penonton dalam pengalaman yang memungkinkan kita untuk merasakan sakitnya hati Tonya dan seberapa lelahnya dia.

Scene yang sangat kuat untuk menggambarkan kondisi kesehatan mental Tonya adalah saat dia merias wajahnya di ruang ganti sebelum kompetisi di Olimpiade Norwegia 1994.

Tonya tersenyum di hadapan kaca besar saat ia memakai pemerah wajah. Namun dia kesulitan untuk menarik nafas dan tubuhnya gemetar.